
Kemajuan Medis vs Keterjangkauan: Tantangan Global Harga Obat Inovatif
Sistem kesehatan di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia, tengah menghadapi ujian berat terkait melonjaknya harga obat-obatan inovatif. Meski terapi baru ini menjanjikan kesembuhan untuk penyakit-penyakit kompleks, harganya yang selangit justru menciptakan jurang antara harapan dan kenyataan—bagaimana pasien bisa mendapatkan pengobatan terbaik jika biayanya tak terjangkau?
Dilema BPJS Kesehatan dan Beban Penyakit Katastropik
Indonesia, melalui BPJS Kesehatan, terus berupaya menyeimbangkan tuntutan penyediaan layanan kesehatan berkualitas dengan keterbatasan anggaran. Penyakit katastropik seperti kanker dan jantung menjadi tantangan utama, di mana biaya pengobatannya bisa menghabiskan dana besar. Dokter dan pembuat kebijakan pun terjebak dalam pilihan sulit: memberikan terapi mutakhir atau memastikan sistem kesehatan tetap berkelanjutan secara finansial.
Belajar dari Berbagai Negara: Solusi yang Berbeda-beda
Beberapa negara telah mencoba pendekatan unik untuk mengatasi masalah ini:
- Model Langganan ala Louisiana: Negosiasi harga berbasis volume untuk menekan biaya.
- Produksi Generik di India dan Thailand: Mengandalkan obat generik untuk meningkatkan akses dengan harga lebih murah.
- Health Technology Assessment (HTA) di Jepang dan Korea Selatan: Evaluasi ketat terhadap efektivitas dan biaya sebelum obat masuk dalam daftar asuransi.
Namun, setiap strategi ini memiliki kelebihan sekaligus kelemahan, menunjukkan bahwa tidak ada solusi satu ukuran untuk semua.
Smart Procurement: Solusi Strategis untuk Indonesia?
Salah satu gagasan yang mencuat adalah konsep smart procurement, sebuah pendekatan pengadaan obat yang lebih cerdas. Ini melibatkan:
- Pembiayaan proaktif dan terencana.
- Penilaian berbasis bukti seperti HTA.
- Negosiasi harga yang transparan dan berbasis risiko.
Dengan cara ini, negara tidak sekadar menjadi pembeli pasif, melainkan pemain strategis yang mampu memengaruhi harga dan kualitas layanan.
Reformasi Sistem: Kunci Keberhasilan
Agar strategi ini berhasil, diperlukan langkah-langkah pendukung seperti:
– Reformasi birokrasi kesehatan.
– Peningkatan kapasitas lembaga terkait.
– Kolaborasi lintas sektor.
– Penguatan produksi obat dalam negeri.
– Pemanfaatan teknologi digital dalam layanan kesehatan.
Pada akhirnya, isu harga obat inovatif bukan sekadar masalah ekonomi, tetapi juga etika dan politik. Dibutuhkan kebijakan yang cermat dan keberanian politik untuk memastikan akses kesehatan yang adil tanpa mengorbankan stabilitas keuangan negara.