
Acha Septriasa Jalani Hidup Lebih Tenang dengan Konsep Slow Living Pasca-Perceraian
Setelah resmi berpisah dengan Vicky Kharisma, Acha Septriasa memilih untuk menjalani hidup dengan lebih mindful dan tenang melalui gaya hidup *slow living*. Dalam unggahan Instagram-nya, ia menulis, “*Slow Living, gym 4 hari seminggu, bisa sepedaan, ngurusin rumah sendiri, bisa jaga Bridgia while Vic out of town… adalah anugerah.*” Tapi, apa sebenarnya *slow living* itu? Apakah sekadar tentang olahraga rutin dan mengurus keluarga?
### Apa Itu Slow Living?
Menurut *slowlivingldn.com*, komunitas *slow living* asal London, konsep ini bukan tentang memperlambat hidup secara harfiah, melainkan melakukan segala sesuatu dengan kecepatan yang tepat. Fokusnya bukan pada kecepatan, melainkan kualitas. Artinya, kita diajak untuk lebih sadar dalam menjalani aktivitas, memprioritaskan hal-hal yang benar-benar penting, dan menikmati setiap momen.
Laura Malloy, direktur *Successful Aging Program* di *Benson-Henry Institute for Mind Body Medicine*, menjelaskan bahwa *slow living* bukan berarti mengurangi aktivitas, melainkan melakukan lebih banyak hal dengan fokus dan tujuan yang jelas. “*Ini tentang menikmati momen-momen dan memberikan energi serta kebahagiaan pada hal-hal yang benar-benar berarti,*” ujarnya.
### Slow Living: Menolak Gaya Hidup Sibuk yang Tak Bermakna
Konsep ini menentang anggapan bahwa kesibukan identik dengan kesuksesan. Sebaliknya, *slow living* mendorong kita untuk benar-benar *hadir* dalam setiap aktivitas, menikmati kualitas hidup, dan menemukan keseimbangan antara kerja, istirahat, serta kebahagiaan sederhana.
Menurut *Slow Village*, platform akomodasi di Prancis, gaya hidup ini juga berdampak positif bagi kesehatan mental karena membantu mengurangi stres, meningkatkan kesadaran akan pola makan, dan memperkuat hubungan dengan orang sekitar. Dengan kata lain, *slow living* membawa lebih banyak harmoni dan kepuasan dalam keseharian.
### Tips Memulai Slow Living Tanpa Terburu-buru
Bagi yang ingin mencoba, tidak perlu langsung mengubah seluruh rutinitas sekaligus. Malloy menyarankan untuk memulainya perlahan, misalnya dengan memilih momen-momen tertentu untuk lebih mindful.
Contohnya, saat mandi, coba nikmati wangi sabun dan sensasi air hangat. Ketika pikiran mulai melayang, kembalikan fokus pada hal-hal kecil di sekitar. “*Memerhatikan detail seperti ini bisa membantu memperlambat ritme hidupmu,*” jelasnya.
Selain itu, cobalah berjalan kaki tanpa terburu-buru. Alih-alih fokus pada tujuan, nikmati pemandangan, suara burung, atau rasa hangat matahari. Dengan begitu, *slow living* akan semakin alami menjadi bagian dari keseharian.