
Ketika Empati Menghilang: Mengurai Penyebab Nirempati dalam Kehidupan Sosial
Dalam kehidupan sehari-hari, ada kalanya seseorang sulit merasakan atau memahami penderitaan orang lain, bahkan dalam situasi yang menyedihkan seperti tragedi kematian seorang mahasiswa di Bali. Fenomena ini dikenal sebagai nirempati, sebuah kondisi di mana empati seolah-olah menguap. Psikolog Clement Eko Prasetio memaparkan beberapa faktor yang bisa menjadi pemicunya.
1. Pengaruh Pola Asuh dan Lingkungan Keluarga
Anak-anak yang tumbuh tanpa contoh empati dari orang tua atau kurang diajarkan untuk memahami sudut pandang orang lain cenderung kesulitan mengembangkan rasa peduli. Pola asuh otoriter, misalnya, sering kali menghambat kemampuan ini karena minimnya ruang untuk berlatih memahami perasaan orang lain.
2. Keterbatasan Pemahaman Emosional
Beberapa orang mungkin kesulitan mengenali ekspresi wajah, nada suara, atau isyarat emosional dari orang lain. Ketidakmampuan membaca sinyal-sinyal ini membuat respons empatik menjadi terhambat.
3. Dikte Norma Sosial
Lingkungan sosial bisa menjadi penghalang empati. Jika kelompok tempat seseorang berada tidak mendukung sikap peduli terhadap penderitaan orang lain, individu tersebut mungkin akan mengikuti norma tersebut, bahkan ketika melihat orang lain dalam kesulitan.
4. Persaingan dan Permusuhan Kelompok
Dalam situasi kompetitif atau konflik antar kelompok, “pemikiran kelompok” (group think) sering kali mengambil alih. Akibatnya, seseorang mungkin mengabaikan empati terhadap orang di luar kelompoknya karena tekanan untuk tetap solid dengan kawan sendiri.
5. Kondisi Psikologis yang Melelahkan
Stres berat, kelelahan emosional, atau tekanan situasional dapat mengurangi kemampuan seseorang untuk merespons dengan empati. Dalam keadaan seperti ini, fokus seseorang mungkin hanya tertuju pada dirinya sendiri.
Nirempati bukanlah sekadar tanda “hati yang dingin”, melainkan hasil dari gabungan faktor psikologis, sosial, dan lingkungan yang saling berkaitan. Memahami penyebabnya bisa menjadi langkah awal untuk membangun kesadaran yang lebih baik dalam berinteraksi dengan sesama.