
Pasar Mobil Listrik di Lelang Indonesia Masih Sepi, Hybrid Lebih Laku
Meski tren kendaraan ramah lingkungan terus berkembang, pasar mobil listrik di balai lelang Indonesia masih terbilang sepi. Pelaku usaha mengaku enggan fokus pada segmen ini karena pasokan terbatas, volume penjualan rendah, dan perputaran modal yang cenderung lambat.
EV Masih Jadi Pemeran Kecil
Daddy Doxa Manurung, Direktur Utama PT Balai Lelang Serasi (Ibid), mengungkapkan bahwa kehadiran mobil listrik di lelang masih sangat minim. “Saya jarang menemukan mobil listrik di tempat kami. Pernah ada Hyundai atau Wuling, tapi hanya satu atau dua unit. Jumlahnya belum bisa dijadikan patokan,” ujarnya.
Berdasarkan data, kontribusi EV di pasar lelang bahkan tidak mencapai 5% dari total stok. Angka ini jauh di bawah dominasi mobil LCGC (Low Cost Green Car) yang menguasai 60–70% pasar.
Hybrid Lebih Menjanjikan
Berbeda dengan EV, mobil hybrid justru menunjukkan prospek lebih cerah. Meski volumenya tidak setinggi LCGC, respons pasar terhadap kendaraan hybrid dinilai lebih baik. “Penjualan hybrid cukup stabil karena masih ada peminatnya. Tapi, mayoritas yang laris tetap LCGC,” tambah Daddy.
Kendala Pasar EV yang Belum Matang
Rendahnya pasokan mobil listrik di lelang diduga kuat dipicu oleh pasar EV domestik yang masih dalam tahap pertumbuhan. Penetrasi penjualan unit baru pun belum merata, membuat ketersediaan di pasar sekunder ikut terbatas.
Sementara itu, hybrid lebih mudah diterima konsumen karena tidak sepenuhnya bergantung pada infrastruktur pengisian daya. Faktor ini membuatnya lebih fleksibel dan cocok untuk berbagai wilayah di Indonesia.