Gelombang Mobil Listrik Tiongkok Ubah Pasar Aksesori Otomotif Indonesia
Masifnya penetrasi mobil listrik buatan Tiongkok di Indonesia mulai mengubah lanskap bisnis aksesori mobil (*aftermarket*). Salah satu sektor yang paling terdampak adalah penjualan perangkat audio mobil, seperti *head unit*, *amplifier*, dan *speaker*, yang mengalami penurunan drastis.
Audio Bawaan yang “Tertutup” untuk Modifikasi
Menurut Ayong Jeong, CEO Kramat Motor di Jakarta Utara, permintaan komponen audio untuk kendaraan listrik nyaris tidak ada. “Untuk tiga produk utama—*head unit*, *speaker*, dan *amplifier*—angka penjualannya mendekati nol di segmen EV,” jelasnya.
Penyebab utamanya adalah fitur bawaan mobil listrik yang sudah sangat lengkap. Sistem hiburan dan audio terintegrasi langsung dengan *Electronic Control Unit* (ECU) kendaraan, membuat modifikasi menjadi sulit atau bahkan tidak memungkinkan. Konsumen pun enggan mengambil risiko merusak garansi atau menghadapi masalah kompatibilitas teknis.
Pergeseran Fokus ke Aksesori Non-Elektronik
Pelaku usaha *aftermarket* kini beralih ke produk yang tidak terhubung dengan sistem kelistrikan utama mobil, seperti:
- Perangkat eksterior (*grill*, *body kit*, lampu)
- Kamera 360 derajat
- Aksesori dekoratif lainnya
Namun, tantangan tetap muncul karena banyak mobil listrik juga sudah dilengkapi fitur-fitur tersebut secara standar.
Efek Dominos Sejak Awal 2024
Penurunan penjualan komponen audio mulai terasa seiring melonjaknya popularitas merek seperti Chery dan BYD di Indonesia. Meski demikian, Ayong menekankan bahwa adaptasi menjadi kunci bagi pelaku *aftermarket* untuk tetap relevan di era elektrifikasi ini.







