
Polkadot: Motif Klasik yang Tak Pernah Pudar
Dari catwalk hingga jalanan, polkadot terus membuktikan diri sebagai motif yang tak lekang waktu. Kini, pola ikonik ini kembali merajai dunia fashion, menarik perhatian selebritas hingga pecinta mode di seluruh dunia.
Kembalinya Polkadot di Panggung Fashion
Dalam beberapa bulan terakhir, polkadot muncul sebagai tren yang mendominasi. Julia Garner memukau dengan gaun mikropolkadot one-shoulder dari Gucci di Los Angeles, sementara Rose Byrne memilih desain strapless hitam-putih Bernadette yang elegan.
Glamor polkadot bukanlah hal baru. Pada 1988, Putri Diana memamerkan gaun polkadot lengkap dengan topi serasi di Royal Ascot—sebuah momen yang masih dikenang hingga sekarang. Tak ketinggalan, Rihanna dan A$AP Rocky membawa pola ini ke gaya yang lebih berani, menciptakan tren “subversive polkadot summer” yang digaungkan Vogue.
Di Copenhagen Fashion Week, polkadot menggeser motif bunga dan garis sebagai favorit street style. Mulai dari bandana hingga bloomer shorts, pola ini hadir dalam berbagai gaya yang playful namun tetap chic.
Popularitas Polkadot di Era Digital
Tak hanya di dunia nyata, polkadot juga merajai ranah digital. Pinterest mencatat peningkatan pencarian “pakaian polkadot” sebesar 1.026% dan “kuku polkadot” hingga 1.296% untuk musim gugur 2025. Bahkan Lisa dari BLACKPINK turut memperkuat tren ini dengan gaun polkadot merah yang ia kenakan di sebuah acara fashion.
Sejarah Panjang di Balik Motif Polkadot
Georgina Ripley, kurator desain modern di Museum Nasional Skotlandia, mengungkapkan bahwa keabadian polkadot tak lepas dari sejarahnya. “Revolusi Industri memungkinkan pembuatan titik-titik sempurna dengan jarak seragam. Nama ‘polkadot’ sendiri terinspirasi dari popularitas tari Polka Ceko di tahun 1840-an,” jelasnya.
Namun, di abad pertengahan, motif berbintik justru dianggap negatif. “Karena mirip dengan luka penyakit seperti pes atau cacar, bintik-bintik diasosiasikan dengan penyakit dan ketidakbersihan,” kata Ripley. Baru pada abad ke-19, polkadot mulai diterima sebagai simbol modernitas.
Polkadot dalam Budaya Pop
Tahun 1920-an menjadi era keemasan polkadot, sebagian berkat Norma Smallwood—Miss America 1926—yang mengenakan baju renang berbintik. Dua tahun kemudian, Walt Disney memperkenalkan Minnie Mouse dengan gaun polkadot merah, memperkuat posisinya dalam budaya pop.
Film-film ikonik juga turut memopulerkan motif ini. Katharine Hepburn tampil memukau dengan setelan polkadot hitam-putih di *Woman of the Year* (1942), sementara Julia Roberts mengukir momen tak terlupakan dengan gaun polkadot di *Pretty Woman* (1990).
Polkadot di Dunia Seni dan Desain
Tak hanya di fashion, polkadot juga menginspirasi seniman seperti Yayoi Kusama, yang menjadikan titik-titik sebagai ciri khas karyanya. Kolaborasinya dengan Louis Vuitton pada 2012 menghadirkan tas bermotif polkadot warna-warni yang menjadi sorotan.
Di dunia mode, label seperti Valentino, Carolina Herrera, dan Dries Van Noten terus menghadirkan interpretasi segar terhadap polkadot dalam koleksi terbaru mereka.
Kekuatan Polkadot yang Tak Pernah Pudar
“Polkadot bisa berani atau halus, tergantung cara penggunaannya,” kata Katie Ruensumran, konsultan kreatif. “Kuncinya adalah bermain dengan kontras dan skala. Saya suka memadukannya dengan garis atau motif lain untuk tampilan yang lebih dinamis.”
Dari masa ke masa, polkadot tetap menjadi simbol fleksibilitas dan keabadian dalam dunia fashion.