
Grayson “The Professor” Boucher, legenda streetball yang terkenal dengan gerakan lincah dan trik memukau, ternyata punya kisah di balik pilihan sepatu basketnya. Cedera serius yang pernah dialaminya membuat pemain berusia 41 tahun ini sangat selektif dalam memilih alas kaki untuk bertarung di lapangan.
4 Rahasia Sepatu Basket Favorit The Professor
1. Nomor Satu: Nyaman di Kaki
Pemain streetball profesional, Grayson Scott “The Professor” Boucher dalam Konferensi Pers Peluncuran ANTA di Indonesia, di Jakarta Pusat, Selasa (26/8/2025).
Bagi The Professor, sepatu basket bukan sekadar aksesori, melainkan penunjang utama kelincahan di lapangan. Sang legenda streetball asal Amerika ini menegaskan, kenyamanan adalah syarat mutlak.
*”Gerakan dalam basket sangat dinamis, jadi kenyamanan sepatu itu krusial. Saya mengandalkan Anta seri Kai hasil kolaborasi dengan Kyrie Irving,”* ungkapnya dalam peluncuran ANTA di Jakarta (26/8/2025).
Sepatu yang ringan namun tetap kokoh, menurutnya, memungkinkan pergerakan lebih leluasa. Hal ini penting saat melakukan crossover, step back, atau dribble cepat—gerakan yang menjadi ciri khasnya.
2. Dukungan Ekstra di Bagian Tumit
Trauma cedera membuat The Professor sangat memperhatikan kekuatan bagian belakang sepatu. Baginya, dukungan di area tumit adalah kunci stabilitas.
*”Sepatu dengan struktur kuat di bagian belakang, terutama yang punya fitur stabilisasi untuk tumit, sangat penting bagi saya,”* jelasnya.
Dengan dukungan maksimal, tubuh tetap seimbang meski melakukan gerakan eksplosif atau mendarat keras setelah melompat. Tanpa itu, risiko cedera bisa meningkat drastis.
3. Sol Karet yang Mencengkeram Kuat
Pemain streetball profesional, Grayson Scott “The Professor” Boucher dalam Konferensi Pers Peluncuran ANTA di Indonesia, di Jakarta Pusat, Selasa (26/8/2025).
Selain tumit, The Professor juga memprioritaskan kualitas sol. Ia mencari sepatu dengan sol karet yang memiliki daya cengkeram tinggi.
*”Sol luar berbahan karet dengan grip kuat itu wajib. Itu yang membuat kita percaya diri saat berhenti mendadak atau berbelok cepat,”* paparnya.
Dengan sol yang mantap, pemain bisa bergerak agresif tanpa khawatir tergelincir.
4. Pas di Kaki Seperti Kaos Kaki
Ukuran yang tepat adalah syarat lain yang tak bisa ditawar. The Professor menyukai sepatu yang pas, bahkan terasa seperti menyatu dengan kaki.
*”Saya suka sepatu yang pas, seperti kaos kaki, tapi tetap punya platform yang stabil,”* ujarnya.
Sepatu terlalu longgar bisa mengganggu kontrol gerakan, sementara yang terlalu ketat berisiko menyebabkan nyeri saat bermain.
Pelajaran Berharga dari Cedera Achilles
The Professor pernah mengalami cedera tendon achilles pada 2019 akibat sepatu yang kurang stabil.
*”Saya mengalami robekan tendon achilles karena sepatu tidak cukup menopang. Itu cedera serius,”* kenangnya.
Insiden itu memaksanya rehat dari lapangan selama lebih dari setahun. Sejak saat itu, stabilitas menjadi prioritas utamanya dalam memilih sepatu.
Bagi atlet profesional seperti The Professor, sepatu bukan sekadar gaya, melainkan investasi untuk performa dan kesehatan. Kisahnya mengingatkan betapa pentingnya memilih sepatu yang tepat demi mencegah cedera dan mengoptimalkan permainan.