
Kesehatan Mata Anak Lebih Terjangkau dengan Situs Web Cermata
Sebuah terobosan dalam skrining kesehatan mata anak kini hadir melalui platform digital Cermata, hasil kolaborasi antara Health Collaborative Center (HCC), Laulima Eye Health Initiative, dan Indonesian Health Development Center (IHDC). Situs ini mengadaptasi alat WHOeyes dan memanfaatkan pendekatan berbasis sains, termasuk kuesioner PedEyeQ (Pediatric Eye Questionnaire), untuk mengevaluasi pengaruh gangguan penglihatan terhadap kualitas hidup anak usia 5–11 tahun.
Deteksi Dini untuk Masa Depan Lebih Cerah
Menurut dr. Kianti Raisa Darusman, SpM(K), Project Leader Cermata, inisiatif ini muncul dari keprihatinan akan banyaknya anak Indonesia yang prestasinya menurun akibat masalah penglihatan tak terdiagnosis. “Riset tahun 2024 membuktikan, penggunaan kacamata dapat meningkatkan nilai akademik, khususnya di pelajaran inti seperti Bahasa Indonesia, Matematika, dan Sains,” ujarnya.
Hambatan Skrining Mata di Indonesia
Meski penting, skrining kesehatan mata masih menghadapi tantangan serupa:
- Keterbatasan tenaga profesional terlatih.
- Infrastruktur tidak memadai untuk metode tradisional seperti Snellen chart.
- Rendahnya kesadaran orang tua dan guru.
- Minimnya integrasi program skrining dalam kebijakan nasional.
Solusi Digital yang Inklusif
Cermata hadir sebagai jawaban dengan menyediakan alat skrining berbasis gawai yang bisa diakses di mana saja. Hasilnya dapat menjadi panduan untuk tindakan lanjutan. Tak hanya praktis, platform ini juga dirancang ramah bagi anak disabilitas dan telah melalui uji validitas ilmiah serta proses penerjemahan profesional.
Dengan Cermata, deteksi dini gangguan mata pada anak diharapkan menjadi lebih mudah, cepat, dan terjangkau.