
Susana Somali, pendiri Pejaten Shelter, mengaku tak pernah menyangka tempat penampungan hewan yang dirintisnya tahun 2009 akan berkembang pesat seperti sekarang. Bermula dari kapasitas 70 ekor anjing dan kucing, kini shelter tersebut merawat sekitar 500 hewan terlantar.
“Semula hanya ingin membuat tempat sederhana untuk 70 hewan. Tak ada rencana membangun gerakan besar atau menjadi viral seperti sekarang,” tutur Susana dalam pertemuan di Kantor Wali Kota Jakarta Selatan, Rabu (2/7/2025).
Tantangan Operasional dan Harapan ke Depan
Meski menjadi mitra strategis Pemprov DKI Jakarta dalam penanganan hewan terlantar, Pejaten Shelter terus bergulat dengan masalah pendanaan. Seluruh operasional saat ini mengandalkan donasi masyarakat, sponsor, lembaga, serta upaya pribadi Susana melalui penggalangan dana di media sosial.
“Kami aktif mencari dukungan dana melalui berbagai cara, termasuk lobi ke berbagai pihak,” jelasnya. Susana berharap janji pembangunan Pusat Kesehatan Hewan (Puskeswan) oleh Pemprov DKI segera direalisasikan untuk memperkuat kerja shelter.
Konflik dengan Warga dan Dilema Penutupan
Belum lama ini, shelter ini nyaris ditutup setelah seekor babi hutan kabur ke permukiman warga Pejaten Barat pada 25 Juni 2025. Warga setempat menuntut penutupan shelter dengan alasan gangguan lingkungan.
“Kami bukan anti hewan, tapi keberadaan penampungan di kawasan permukiman memang mengganggu,” ujar Herry Kurniawan, perwakilan warga.
Menanggapi hal ini, Susana menyatakan kesediaannya untuk menutup shelter jika diperlukan, namun mengingatkan konsekuensinya. “Jika ditutup, beban akan kembali ke Dinas KPKP. Lepaskan hewan-hewan ini ke mana? Justru akan lebih rumit,” tandasnya di Cilandak Timur, Jakarta Selatan, Sabtu (28/6/2025).