
Cairan Keluar dari Telinga? Waspadai Congek pada Anak
Congek, atau dalam istilah medis disebut *otitis media supuratif kronik*, adalah kondisi di mana gendang telinga mengalami robek atau lubang, memicu infeksi berkepanjangan. Penyakit ini sering menyerang anak-anak dan perlu diwaspadai agar tidak menimbulkan komplikasi serius.
Menurut dr. Ashadi Budi, Spesialis THT dan Bedah Kepala-Leher dari RS Pondok Indah-Bintaro Jaya, gendang telinga yang berlubang dapat menjadi pintu masuk kuman ke bagian dalam telinga. “Jika tidak segera ditangani, infeksi dan peradangan di telinga tengah akan terjadi, yang dikenal sebagai congek,” jelasnya dalam temu media di Jakarta (29/7/2025).
Ciri utama congek adalah keluarnya cairan dari telinga secara terus-menerus atau hilang-timbul. Jika dibiarkan, kondisi ini berisiko menyebabkan gangguan pendengaran hingga komplikasi lebih lanjut. Beberapa penyebab gendang telinga pecah antara lain:
– Perubahan tekanan udara mendadak (misalnya saat naik pesawat atau menyelam).
– Infeksi kronis di telinga.
– Trauma fisik pada telinga.
Meski robekan gendang telinga tidak langsung menyebabkan tuli, kualitas pendengaran bisa menurun. Lebih buruk lagi, infeksi dapat berkembang jika tidak diobati.
Anak-anak Lebih Rentan
dr. Ashadi menegaskan bahwa anak-anak lebih sering mengalami congek karena sering terkena flu, batuk, dan pilek. “Saat flu, ingus bisa masuk ke gendang telinga, menumpuk, dan menimbulkan nyeri. Jika diabaikan, tekanan tersebut bisa membuat gendang telinga pecah,” paparnya.
Banyak pasien anak yang awalnya hanya mengalami infeksi ringan, tetapi karena tidak ditangani, akhirnya berkembang menjadi congek. “Gendang telinga yang seharusnya bisa sembuh dengan obat sederhana, malah menjadi terbuka permanen. Kasus seperti ini sering saya temui,” ujarnya.
Spesialis THT dan bedah kepala dan leher, dr. Ashadi Budi.
Dua Jenis Otitis Media
dr. Ashadi membagi otitis media menjadi dua tipe:
1. Tipe Aman: Tidak disertai kolesteatoma (kista kulit yang merusak struktur telinga).
2. Tipe Tidak Aman: Muncul jika tipe aman diabaikan, sehingga menyebabkan kerusakan lebih parah.
Pada banyak kasus, lubang di gendang telinga bisa menutup sendiri. Namun, ada kondisi tertentu yang memerlukan penanganan medis lebih lanjut. Untuk robekan parah atau kasus dengan kolesteatoma, prosedur timpanoplasti dapat dilakukan.
“Operasi minimal invasif ini bertujuan menambal gendang telinga, membersihkan kolesteatoma, dan mengurangi risiko infeksi berulang. Harapannya, pendengaran dan kualitas hidup pasien membaik,” pungkas dr. Ashadi.