
Timnas Indonesia di Persimpangan: Masa Depan Pelatih Setelah Era Patrick Kluivert
Gelombang perubahan melanda Timnas Indonesia menyusul keputusan tegas PSSI untuk memberhentikan Patrick Kluivert. Pelatih asal Belanda itu resmi dipecat setelah gagal membawa skuad Garuda lolos ke Piala Dunia 2026, ditandai dengan dua kekalahan krusial dari Arab Saudi (2-3) dan Irak (1-0). Kinerja buruk tersebut memicu ketegangan di dalam tim, termasuk hilangnya kepercayaan pemain terhadap sang pelatih.
Wacana Comeback Shin Tae-yong: Pro dan Kontra
Di tengah kekosongan kursi pelatih, muncul wacana kembalinya Shin Tae-yong (STY) untuk memimpin Timnas Indonesia lagi. Andre Rosiade, salah satu pihak yang mendukung ide ini, menyebut fenomena “Cinta Lama Bersemi Kembali” (CLBK) sebagai hal yang wajar di dunia sepak bola. Ia mencontohkan pelatih Arab Saudi yang sukses kembali menangani timnasnya setelah sebelumnya pergi.
Namun, tidak semua pihak melihat langkah ini sebagai solusi ideal. Akmal Marhali, misalnya, mengingatkan risiko besar di balik CLBK dengan STY. Ia khawatir kembalinya pelatih asal Korea Selatan itu justru memicu perpecahan di kalangan suporter dan memberi beban psikologis berat jika hasilnya tidak sesuai harapan.
Alternatif di Luar CLBK
Akmal juga menekankan bahwa STY sebenarnya telah mengakhiri masa kerjanya dengan “husnul khotimah” – ditandai kemenangan terakhir melawan Arab Saudi. Menurutnya, PSSI sebaiknya mencari sosok baru yang bisa membawa angin segar tanpa terbebani dinamika masa lalu.
Intinya, artikel ini menyoroti perdebatan seputar pilihan pelatih Timnas Indonesia pasca-Kluivert, dengan Shin Tae-yong sebagai salah satu kandidat yang menuai dukungan sekaligus kekhawatiran.