
Polusi udara ternyata tidak hanya mengancam kesehatan orang dewasa, tetapi juga berpotensi membahayakan janin sejak masih dalam kandungan. Riset terbaru mengungkap bahwa partikel beracun dari udara yang dihirup ibu hamil dapat menembus plasenta, memicu reaksi stres oksidatif dan peradangan yang berdampak serius pada perkembangan bayi.
Dampak Memprihatinkan bagi Janin dan Anak
Polusi udara tidak sekadar mengganggu pernapasan, melainkan juga menimbulkan efek jangka panjang pada pertumbuhan dan perkembangan anak. Berikut beberapa risikonya:
1. Hambatan Pertumbuhan Fisik
Paparan partikel halus seperti PM2,5 dan PM10 terbukti memengaruhi perkembangan fisik janin. Studi menunjukkan bahwa bayi yang terpapar polusi udara—misalnya dari asap rokok atau emisi kendaraan—cenderung memiliki berat lahir rendah dan pertumbuhan tinggi badan yang lebih lambat dibandingkan anak seusianya.
2. Gangguan Neurologis yang Mengkhawatirkan
Tak hanya fisik, polusi lalu lintas juga dikaitkan dengan peningkatan risiko gangguan saraf seperti autisme (ASD) dan ADHD. Para ahli menyoroti bahwa paparan polutan dapat mengganggu perkembangan otak, memengaruhi kecerdasan, serta fungsi kognitif anak di masa depan.
Langkah Perlindungan yang Bisa Dilakukan
Untuk meminimalkan risiko tersebut, ibu hamil disarankan mengambil beberapa tindakan pencegahan:
- Memakai masker N95 saat beraktivitas di luar ruang
- Memeriksa laporan kualitas udara harian sebelum bepergian
- Membatasi kegiatan outdoor saat tingkat polusi sedang tinggi
- Menambah tanaman penyerap polutan di lingkungan rumah
- Memperbanyak asupan makanan kaya antioksidan seperti sayuran dan buah-buahan segar
Dengan langkah-langkah sederhana ini, diharapkan janin dapat terlindungi dari dampak buruk polusi udara sejak dini.