
Mahfud MD Soroti Eskalasi Demo yang Kian Memanas
Mantan Menko Polhukam Mahfud MD menyatakan dukungannya terhadap hak masyarakat untuk berunjuk rasa. Namun, ia menilai aksi protes belakangan ini telah melampaui batas dengan munculnya korban jiwa dan kerusakan material.
“Kami sepakat rakyat boleh berprotes. Itu hak mereka. Tapi situasi saat ini sudah terlalu ekstrem,” ujar Mahfud dalam channel YouTube resminya, Sabtu (30/8/2025).
Dukungan dengan Catatan
Mahfud menegaskan, ia sepenuhnya mendengar aspirasi masyarakat yang merasa kecewa terhadap kebijakan pemerintah atau lembaga politik. Namun, ia menyoroti suasana mencekam yang menyelimuti aksi-aksi terkini, termasuk kerusuhan di sekitar gedung DPR dan wilayah lain di Indonesia.
“Demo di DPR memicu banyak korban dan kerusuhan meluas. Ini harus segera ditangani oleh pihak berwenang,” tegasnya.
Korban Jiwa dan Kerusakan Fisik
Ia menyebut beberapa insiden tragis, seperti tewasnya Affan Kurniawan, driver ojek online yang tertabrak kendaraan Brimob. Di Makassar, tiga orang dilaporkan meninggal saat massa membakar gedung DPRD.
“Di Bandung, ada polisi yang dikejar massa sampai lari tunggang-langgang, bahkan ada yang ditendang. Sebaliknya, ada pula polisi yang mengeroyok seorang demonstran. Ini situasi yang tidak sehat,” ungkapnya.
Mahfud juga mengutip video viral di Gerbang Pemuda Sentral, Jakarta, yang memperlihatkan sekelompok Brimob memukuli seorang pengunjuk rasa sendirian. Tak hanya itu, ia menyaksikan puluhan mobil hangus terbakar dan bangunan rusak akibat penjarahan di Jakarta Timur.
Aparat di Tengah Tekanan
Ia mengakui dilema yang dihadapi aparat keamanan. Di satu sisi, mereka harus menjalankan perintah atasan. Di sisi lain, mereka berhadapan dengan amuk massa.
“Yang bertanggung jawab adalah pimpinan. Mereka harus memberi komando dengan tepat agar tidak ada korban lagi,” kata Mahfud.
Akar Masalah: Kekecewaan dan Arogansi
Menurutnya, aksi ini berawal dari kekecewaan publik terhadap kebijakan pemerintah dan sikap arogan para politisi.
“Banyak politisi tidak punya empati, sehingga memicu reaksi keras rakyat,” ujarnya.
Ajakan untuk Bersatu
Mahfud mengingatkan, konflik antara rakyat dan aparat hanya merugikan semua pihak.
“Rakyat bukan musuh aparat, dan aparat bukan musuh rakyat. Masalah sebenarnya ada pada kebijakan dan pejabat yang korup. Inilah yang harus diselesaikan,” pungkasnya.