Psikolog Ungkap Alasannya!

0 0
Read Time:2 Minute, 26 Second

Gaslighting, sebuah bentuk manipulasi psikologis yang licik, sering kali membuat korbannya bingung dan meragukan diri sendiri. Taktik ini bisa muncul dalam berbagai jenis hubungan, mulai dari percintaan, persahabatan, keluarga, hingga dunia profesional. Pelaku atau *gaslighter* biasanya berusaha mempertahankan dominasi dengan cara mengaburkan fakta, menyangkal kesalahan, atau bahkan menyalahkan korban.

Menurut Dr. Cynthia Edwards-Hawver, PsyD, seorang psikolog klinis, *gaslighter* cenderung menghindari topik tertentu yang berpotensi mengganggu kendali mereka. “Mengakui kesalahan berarti kehilangan kekuasaan, dan itu adalah ketakutan terbesar mereka,” ujarnya, seperti dikutip *Parade* (18/9/2025). Lalu, topik apa saja yang paling mereka hindari?

Topik yang Sering Dihindari oleh Gaslighter

1. Kesalahan Masa Lalu Mereka

*Gaslighter* jarang mau membahas kesalahan yang pernah mereka perbuat. Ketika topik ini muncul, mereka akan berusaha mengalihkan pembicaraan, menyalahkan orang lain, atau memutarbalikkan cerita. “Mereka selalu menghindari situasi di mana mereka harus bertanggung jawab,” jelas Dr. Carolina Estevez, PsyD dari SOBA New Jersey. Salah satu strategi yang sering dipakai adalah DARVO (*Deny, Attack, Reverse Victim, and Offender*), yaitu memutar balik fakta agar korban justru terlihat sebagai pihak yang bersalah.

2. Perasaan dan Pengalaman Korban

Meski mengungkapkan emosi adalah bagian dari komunikasi sehat, *gaslighter* justru melihatnya sebagai ancaman. “Mengakui perasaanmu berarti memberi legitimasi pada sudut pandangmu, sementara mereka ingin kamu meragukan realitasmu sendiri,” kata Estevez. Tak jarang, mereka merendahkan perasaan korban dengan menyebutnya “terlalu sensitif” atau “dramatis.”

3. Permintaan Maaf yang Tulus

*Gaslighter* hampir tidak pernah meminta maaf dengan sungguh-sungguh. Jika pun ada, biasanya hanya berupa permintaan maaf palsu seperti, “Maaf kamu merasa seperti itu,” tanpa pengakuan kesalahan atau perubahan perilaku. “Permintaan maaf yang tulus meruntuhkan ilusi superioritas mereka,” tegas Edwards-Hawver.

4. Fakta yang Bertentangan dengan Cerita Mereka

Mereka sangat mahir memutarbalikkan narasi agar selalu tampak benar. Bukti konkret seperti pesan teks, rekaman, atau saksi mata bisa menjadi ancaman besar. “Konfrontasi dengan fakta akan merusak versi realitas yang mereka ciptakan,” papar Estevez. Itulah mengapa mereka menghindari diskusi yang melibatkan data objektif.

5. Pembicaraan Jujur tentang Hubungan

Dalam hubungan yang sehat, membahas dinamika relasi adalah hal penting. Namun, *gaslighter* justru menghindari percakapan semacam ini. “Membicarakan hubungan secara mendalam berisiko mengekspos ketidakseimbangan atau luka emosional,” ungkap Estevez. Mereka mungkin akan mengalihkan topik atau menuduh korban “mencari masalah.”

6. Batasan Pribadi

*Gaslighter* tidak suka membicarakan batasan karena hal itu membatasi ruang gerak mereka. “Mereka cenderung menghindar saat kamu menetapkan batas yang jelas,” kata Estevez. Jika korban bersikeras, mereka mungkin merespons dengan komentar manipulatif seperti, “Kamu lebay banget sih!”

7. Rencana yang Melibatkan Orang Lain

*Gaslighter* lebih nyaman beroperasi satu lawan satu karena lebih mudah mengontrol situasi. Mereka sering menghindari acara sosial di mana banyak orang bisa mendukung versi cerita korban. “Kehadiran orang lain bisa mengancam dominasi mereka,” jelas Edwards-Hawver.

Gaslighting adalah bentuk manipulasi yang dapat merusak kepercayaan diri dan kesehatan mental korban. Dengan mengenali pola dan topik yang dihindari *gaslighter*, kita bisa lebih waspada terhadap perilaku manipulatif ini. “Begitu kamu menyadari polanya, kamu bisa mulai mengambil kembali kendali atas hidupmu,” pungkas Estevez.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Related Posts

Dari Politik ke Miss Universe 2025, Suarakan Isu Stunting di Indonesia

Kirana Larasati, nama yang sudah melekat di dunia hiburan Tanah Air, kini mengejutkan banyak orang dengan langkah barunya sebagai salah satu Finalis Top 16 Zetrix Miss Universe Indonesia 2025. Aktris…

Benarkah Menikah Membawa Kebahagiaan Lebih dari Melajang?

Banyak orang mengira bahwa kebahagiaan hanya bisa diraih melalui pernikahan dan membina keluarga. Akibatnya, mereka yang memilih tetap melajang hingga usia lanjut sering dianggap kurang beruntung atau tidak bahagia. Namun,…

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

You Missed

Prabowo Perintahkan Danantara Kembangkan Desa Listrik Tenaga Surya Pertama di Indonesia

  • By Admin
  • September 19, 2025
  • 0 views
Prabowo Perintahkan Danantara Kembangkan Desa Listrik Tenaga Surya Pertama di Indonesia

Direktur BPR Jepara Curang, Pakai 40 Debitur Palsu Termasuk Ojol & Pengangguran untuk Cairkan Rp263,6 Miliar

  • By Admin
  • September 19, 2025
  • 0 views
Direktur BPR Jepara Curang, Pakai 40 Debitur Palsu Termasuk Ojol & Pengangguran untuk Cairkan Rp263,6 Miliar

Kasus BPR Jepara Artha, KPK Sita 136 Bidang Tanah, Mobil, dan Motor

  • By Admin
  • September 19, 2025
  • 0 views
Kasus BPR Jepara Artha, KPK Sita 136 Bidang Tanah, Mobil, dan Motor

Psikolog Ungkap Alasannya!

  • By Admin
  • September 19, 2025
  • 2 views
Psikolog Ungkap Alasannya!

Dari Politik ke Miss Universe 2025, Suarakan Isu Stunting di Indonesia

  • By Admin
  • September 19, 2025
  • 2 views
Dari Politik ke Miss Universe 2025, Suarakan Isu Stunting di Indonesia

Benarkah Menikah Membawa Kebahagiaan Lebih dari Melajang?

  • By Admin
  • September 19, 2025
  • 2 views
Benarkah Menikah Membawa Kebahagiaan Lebih dari Melajang?