Psikolog Ungkap Cara Tepat Jelaskan Konflik Politik pada Anak agar Tak Terpengaruh Negatif

0 0
Read Time:2 Minute, 42 Second

KOMPAS.com – Gelombang ketegangan sosial-politik di Indonesia belakangan ini tak hanya dirasakan orang dewasa, tetapi juga menyentuh dunia anak-anak. Tanpa disadari, mereka menyerap berbagai ekspresi emosi negatif, mulai dari kemarahan, kata-kata kasar, hingga tindakan tak pantas yang bisa memengaruhi perilaku mereka.

Psikolog Anak dan Remaja, Vera Itabiliana Hadiwidjojo, S.Psi., mengingatkan betapa krusialnya peran orangtua dalam membimbing anak menghadapi situasi ini. Kunci utamanya adalah memberikan penjelasan dengan bahasa yang mudah dicerna, sehingga anak tidak meniru hal-hal buruk, melainkan mengambil nilai positif dari setiap kejadian.

Baca juga: Cara Mengajarkan Empati pada Anak di Tengah Gejolak Politik Menurut Psikolog

Strategi menjelaskan konflik politik pada anak

Di tengah hiruk-pikuk politik, anak-anak seringkali menyaksikan adegan keributan, teriakan, atau pertikaian. Orangtua perlu hadir sebagai penengah yang memberikan pemahaman.

“Langkah pertama, akui perasaan anak. Misalnya dengan bertanya, ‘Kamu khawatir melihat orang berdebat, ya?’” saran Vera dalam wawancara dengan *Kompas.com* belum lama ini.

Selanjutnya, berikan penjelasan sederhana: “Orang dewasa terkadang marah karena tidak sepaham, tapi cara mereka meluapkan emosi belum tentu benar.”

Terakhir, tawarkan solusi konstruktif. “Ajarkan bahwa perbedaan pendapat bisa diselesaikan dengan diskusi tenang dan saling mendengar,” ujarnya.

Dengan pendekatan ini, anak belajar bahwa konflik tidak harus berakhir dengan kekerasan. Mereka justru bisa memahami pentingnya komunikasi yang sehat dan sikap menghargai orang lain.

Baca juga: Paparan Berita Negatif Bisa Mengurangi Empati, Ini Cara Menjaganya

Mengapa pendidikan karakter harus dimulai sejak kecil?

Vera menegaskan, pendidikan budi pekerti adalah fondasi utama dalam membentuk kepribadian anak. Nilai-nilai seperti empati, kesopanan, dan tanggung jawab sebaiknya ditanamkan sedini mungkin.

“Anak yang dibiasakan berempati akan tumbuh lebih peka dan rendah hati. Tanpa itu, mereka rentan bersikap egois dan merasa dunia berputar untuk dirinya,” jelasnya.

Melalui budi pekerti, anak juga belajar bahwa setiap tindakan memiliki konsekuensi bagi orang lain. Kesadaran inilah yang memupuk rasa empati dan tanggung jawab sosial.

Baca juga: Mengapa Empati Penting bagi Wakil Rakyat? Ini Penjelasan Psikolog

Praktik sederhana menumbuhkan empati di rumah

Orangtua bisa mengajarkan empati melalui kebiasaan sehari-hari, seperti:
– Memperlakukan anak dengan penuh pengertian.
– Memberi perhatian dan memahami perasaan mereka.
– Mengajak anak berbagi, baik mainan maupun makanan.

“Contohnya, saat anak menolak makan sayur, katakan: ‘Ibu tahu kamu tidak suka, tapi ini baik untuk kesehatanmu. Coba makan sedikit, ya,’” ujar Vera.

Selain itu, ajari anak untuk peka terhadap perasaan orang lain, misalnya dengan menghibur adik yang sedang menangis. “Orangtua juga harus memberi contoh nyata, seperti menyapa satpam dengan sopan atau membantu tetangga,” tambahnya.

Baca juga: Membangun Empati Remaja dengan Kebiasaan Mengapresiasi sejak Kecil

Menjaga harapan di tengah situasi yang tidak pasti

Vera menyadari, banyak orangtua merasa cemas dengan kondisi sosial-politik saat ini. Namun, anak justru membutuhkan ketenangan dan optimisme dari figur orangtua.

“Alih-alih menularkan kekhawatiran, fokuslah pada hal-hal yang bisa kita kendalikan, seperti membesarkan anak yang berkarakter jujur, peduli, dan bertanggung jawab,” tegasnya.

Ia meyakini, perubahan besar selalu berawal dari lingkungan terkecil: keluarga.

Baca juga: Pentingnya Membangun Empati pada Anak sejak Dini

Risiko jika anak tidak dibiasakan berempati

Anak yang tumbuh tanpa empati berpotensi menjadi pribadi yang egois, sulit menjalin hubungan baik, bahkan cenderung agresif.

“Dalam jangka panjang, mereka mungkin kesulitan berkolaborasi, tidak dipercaya, atau mengambil keputusan merugikan orang lain,” papar Vera.

Baginya, empati bukan sekadar keterampilan sosial, melainkan modal penting untuk meraih keberhasilan dalam hidup.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Related Posts

Rahasia Kulit Sehat & Perlindungan Optimal

# Perlindungan Kulit Optimal: Pahami Perbedaan Tabir Surya Kimia dan Mineral Saat beraktivitas di luar ruangan, penggunaan tabir surya adalah langkah penting untuk melindungi kulit dari paparan sinar UV. Namun,…

Stres Picu Kerutan di Wajah? Simak Penjelasan Ahli Kulit!

Stres tidak hanya memengaruhi kesehatan mental, tetapi juga meninggalkan bekas nyata di wajah berupa kerutan dan garis halus. Banyak yang mengira tanda penuaan ini hanya muncul seiring bertambahnya usia, namun…

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

You Missed

Lebih Hemat Dibanding Beli Baru!

  • By Admin
  • September 4, 2025
  • 0 views
Lebih Hemat Dibanding Beli Baru!

5 Tips Jitu Merawat Audio Mobil untuk Suara Jernih & Tahan Lama

  • By Admin
  • September 4, 2025
  • 0 views
5 Tips Jitu Merawat Audio Mobil untuk Suara Jernih & Tahan Lama

Modifikasi Keren yang Bikin Ngiler!

  • By Admin
  • September 4, 2025
  • 0 views
Modifikasi Keren yang Bikin Ngiler!

Rahasia Kulit Sehat & Perlindungan Optimal

  • By Admin
  • September 4, 2025
  • 0 views
Rahasia Kulit Sehat & Perlindungan Optimal

Stres Picu Kerutan di Wajah? Simak Penjelasan Ahli Kulit!

  • By Admin
  • September 4, 2025
  • 0 views
Stres Picu Kerutan di Wajah? Simak Penjelasan Ahli Kulit!

9 Tips Ampuh Psikolog Atasi Kecemasan Bepergian di Tengah Kondisi Negara Tidak Stabil

  • By Admin
  • September 4, 2025
  • 0 views
9 Tips Ampuh Psikolog Atasi Kecemasan Bepergian di Tengah Kondisi Negara Tidak Stabil