Paparan konten kekerasan, baik di dunia nyata maupun di dunia maya, bisa membentuk pola pikir dan sikap anak secara mendalam. Menurut psikolog Grace Eugenia Sameve, M.A., M.Psi., anak-anak cenderung meniru apa yang mereka saksikan, termasuk tayangan atau interaksi yang mengandung unsur kekerasan.
Tanpa adanya contoh perilaku positif yang seimbang, anak berisiko mengadopsi tindakan agresif sebagai sesuatu yang normal. Akibatnya, kemampuan mereka untuk merasakan empati—rasa peduli terhadap orang lain—bisa menurun drastis.
Efek Negatif Konten Kekerasan pada Perkembangan Anak:
- Empati yang Melemah: Anak menjadi kurang sensitif terhadap perasaan orang lain.
- Perilaku yang Lebih Agresif: Kekerasan mungkin dianggap sebagai solusi yang wajar dalam menghadapi masalah.
- Persepsi Sosial yang Terdistorsi: Anak bisa mengira bahwa kekerasan adalah hal biasa dalam hubungan sehari-hari.
Langkah Orang Tua untuk Melindungi Anak:
- Manfaatkan Pengaturan Keamanan Digital: Aktifkan fitur parental control untuk memblokir konten berbahaya.
- Temani Anak Saat Berinternet: Dengan mendampingi, orang tua bisa memberikan pemahaman dan mengamati respons anak.
- Seleksi Konten yang Dikonsumsi: Prioritaskan tayangan yang mendidik dan membangun karakter positif.
- Awasi Perubahan Sikap Anak: Waspadai tanda-tanda perilaku atau emosi yang tidak biasa.
- Batasi Akses Jika Diperlukan: Segera hentikan paparan konten jika dampaknya mulai merugikan.
Dengan pengawasan dan bimbingan yang tepat, orang tua dapat membantu anak membentengi diri dari pengaruh buruk konten kekerasan sekaligus menumbuhkan nilai-nilai kemanusiaan yang kuat.






