
Pensiun dan Dampaknya pada Hubungan Pernikahan Lansia
Memasuki masa pensiun sering kali membawa perubahan besar dalam hidup seseorang, termasuk dalam hubungan pernikahan. Salah satu dampak yang mungkin muncul adalah fenomena *grey divorce*—perceraian yang terjadi pada pasangan berusia di atas 50 tahun dengan pernikahan lebih dari dua dekade. Perubahan identitas diri pasca-pensiun disebut sebagai salah satu pemicu utamanya.
Transformasi Identitas Pasca-Pensiun
Saat seseorang berhenti bekerja, peran dan identitasnya perlahan bergeser. Dulu, mereka mungkin dikenal sebagai “suami/istri sekaligus profesional”, namun kini hanya tersisa peran sebagai pasangan atau orang tua—tergantung apakah anak-anak masih tinggal bersama. Jika anak sudah mandiri, identitas bisa semakin menyempit menjadi sekadar “suami dan istri” tanpa tambahan peran lainnya.
Dua Reaksi Umum Saat Pensiun
Menurut Fitri Jayanthi, M.Psi., ada dua respons yang sering muncul ketika seseorang memasuki masa pensiun:
- Merasa Kehilangan Harga Diri: Banyak pensiunan merasa tidak dihargai lagi karena status pekerjaannya hilang. Permintaan tolong untuk hal-hal kecil di rumah bisa dianggap sebagai pelecehan, seolah kemampuan mereka diremehkan.
- Fokus pada Diri Sendiri: Sebagian lain justru melihat pensiun sebagai kesempatan mengejar hobi atau aktivitas yang tertunda. Namun, hal ini bisa memicu ketegangan jika pasangan tidak sepaham dan lebih menginginkan fokus pada rencana pensiun bersama.
Krisis Paruh Baya yang Lebih Dalam
Psikolog Diandra Ayu Citi Wardhani, M.Psi., menambahkan bahwa pensiun bisa memperparah krisis paruh baya. Masalah seperti penurunan pendapatan, berkurangnya interaksi sosial, dan hilangnya arah hidup turut memengaruhi dinamika pernikahan.
Kunci Menjaga Keharmonisan
Meski perubahan identitas bisa menjadi tantangan, *grey divorce* bukanlah satu-satunya akhir. Hubungan tetap bisa harmonis jika pasangan saling mendukung, berkomunikasi secara jujur, dan bersama-sama mencari solusi atas konflik yang muncul.
Artikel ini bertujuan untuk memberikan wawasan tentang tantangan pernikahan di usia lanjut, sekaligus menekankan pentingnya adaptasi dan komunikasi saat menghadapi transisi besar seperti pensiun.