
Gaslighting, sebuah bentuk manipulasi psikologis yang meruntuhkan kepercayaan diri korban, sering dianggap sebagai salah satu pelecehan emosional paling berbahaya. Namun, benarkah korban bisa pulih dan menemukan kembali jati diri mereka setelah mengalami trauma ini?
Menurut temuan terbaru dalam jurnal *Personal Relationships*, pemulihan memang mungkin terjadi, meski prosesnya tidak sederhana. Dukungan yang tepat menjadi kunci utama untuk membantu korban bangkit dari pengalaman yang melemahkan ini.
Gaslighting Menyisakan Luka yang Dalam
Korban *gaslighting* sering kali merasa hancur dan kehilangan arah. Namun, para ahli psikologi menegaskan bahwa pemulihan tetap mungkin dengan pendekatan yang tepat.
*Gaslighting* bukan sekadar perdebatan biasa—ini adalah serangkaian manipulasi yang membuat korban meragukan ingatan, persepsi, bahkan kewarasannya sendiri. Willis Klein, psikolog dari McGill University, menjelaskan bahwa korban sering mengalami *”diminished sense of self”*, atau hilangnya rasa percaya diri yang mendalam.
“Banyak korban merasa seperti bayangan dari diri mereka sebelumnya, dipenuhi keraguan dan kesulitan mempercayai orang lain,” ujar Klein, seperti dikutip dari *Huffington Post*, Kamis (25/9/2025).
Efeknya bisa bertahan lama, bahkan setelah hubungan dengan pelaku berakhir. Namun, penelitian menunjukkan bahwa beberapa korban mampu pulih lebih cepat dari yang diperkirakan.
Sebagian Korban *Gaslighting* Bisa Pulih Lebih Cepat
Meski berat, penelitian Klein mengungkap bahwa banyak korban mulai merasakan pemulihan setelah keluar dari hubungan yang toksik.
“Banyak peserta melaporkan bahwa begitu hubungan berakhir, mereka perlahan mendapatkan kembali kepercayaan diri dan identitas mereka,” jelas Klein.
Salah satu responden bahkan mengungkapkan perasaan lega yang luar biasa setelah bebas dari hubungan tersebut, seolah bisa bernapas lega dan kembali menjadi diri sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa langkah pertama menuju pemulihan adalah keberanian untuk melepaskan diri dari pelaku.
Dukungan Sosial: Faktor Penting dalam Pemulihan
Beverly Engel, ahli terapi keluarga dan penulis buku *Escaping Emotional Abuse*, menekankan pentingnya peran orang terdekat dalam proses penyembuhan.
Korban *gaslighting* sering kali kehilangan kepercayaan pada penilaian mereka sendiri. Oleh karena itu, dukungan dari teman atau keluarga bisa menjadi penyeimbang yang dibutuhkan.
“Jika pasangan terus mengatakan kamu irasional, coba minta pendapat orang terdekat. Mereka bisa memberikan sudut pandang yang lebih objektif,” saran Engel.
Umpan balik dari lingkungan sosial membantu korban membangun kembali realitas mereka yang sebelumnya dikaburkan oleh manipulasi pelaku.
Aktivitas yang Membantu Pemulihan Korban *Gaslighting*
Selain dukungan sosial, beberapa aktivitas seperti yoga, meditasi, dan olahraga terbukti membantu korban memulihkan koneksi antara pikiran dan tubuh.
Klein menyebutnya sebagai *re-embodying hobbies*—kegiatan yang membantu korban merasa lebih utuh dan selaras dengan diri sendiri.
“Aktivitas semacam ini memberikan ruang untuk introspeksi sekaligus membangun kembali kesadaran diri yang hilang,” jelasnya.
Meski beberapa korban masih merasakan dampak trauma bertahun-tahun kemudian, banyak juga yang berhasil membangun hubungan yang lebih sehat di masa depan.
Psikolog B. Nilaja Green menegaskan bahwa meski proses pemulihan setiap orang berbeda, kesembuhan selalu mungkin.
“Yang terpenting adalah mengevaluasi kesehatan hubungan dan berani mengambil langkah untuk kepentingan diri sendiri,” ujarnya.
Dengan melepaskan diri dari pelaku, mendapatkan dukungan sosial, serta menjalani aktivitas yang memperkuat kesadaran diri, korban *gaslighting* bisa bangkit dan menata kembali hidup mereka dengan lebih baik.