
Remaja di Tangerang Selatan Diduga Jalankan Investasi Bodong via Medsos
Seorang pemuda berusia 19 tahun berinisial G dari Jurang Mangu Barat, Pondok Aren, Tangerang Selatan, diduga terlibat dalam kasus penipuan investasi ilegal. Polisi menyebutkan, pelaku memanfaatkan media sosial untuk menggaet korban dengan janji keuntungan fantastis.
Kapolsek Pondok Aren, Kompol Anne Rose Asrippina, menjelaskan bahwa G mengoperasikan skema ini dengan mempromosikan tawaran investasi berpotensi cuan besar melalui unggahan di platform digital. “Modusnya adalah penanaman modal dengan iming-iming hasil berlipat. Dia aktif membuat postingan di media sosial,” ujar Anne di Mapolsek Pondok Aren, Selasa (12/8/2025).
Kasus ini terbongkar setelah sejumlah korban mendatangi rumah pelaku untuk menuntut pengembalian dana mereka. Situasi yang awalnya ricuh itu berujung pada pelaporan resmi ke pihak berwajib. Polisi pun langsung bergerak ke lokasi untuk memverifikasi kejadian.
“Ada keributan di Jurang Mangu Barat. Tim kami dari Polsek Pondok Aren segera meninjau TKP,” jelas Anne. Di tempat kejadian, polisi melakukan pemeriksaan awal sebelum membawa G ke kantor polisi untuk dimintai keterangan lebih lanjut.
Korban Terus Bertambah, Kerugian Masih Diselidiki
Hingga saat ini, polisi telah mengidentifikasi setidaknya 20 korban. Namun, angka ini diperkirakan masih bisa bertambah seiring berjalannya penyidikan. “Sementara ini, data yang kami miliki baru sekitar 20 orang,” tambah Anne.
Besaran kerugian pun masih dalam tahap investigasi. “Kami masih melacak aliran dana dan penggunaannya. Total kerugian belum bisa dipastikan secara rinci,” ungkapnya. Saat ini, G tetap ditahan di Polsek Pondok Aren untuk pemeriksaan lebih mendalam. Diduga, total kerugian korban mencapai lebih dari Rp 1,5 miliar.
Ketua RT Tak Sadar Ada Aksi Penipuan di Lingkungannya
Ketua RT 003/004 Jurang Mangu Barat, Arpan (50), mengaku baru mengetahui kasus ini setelah sejumlah korban melapor kepadanya pada Kamis (7/8/2025) malam. “Saya dapat laporan sekitar pukul 23.30 WIB. Kalau tidak ada yang ngomong, saya tidak akan tahu,” katanya saat diwawancarai di Pondok Aren.
Menurut Arpan, rumah G sudah dikunjungi korban sejak Kamis sore. Mereka sempat berdebat soal pengembalian uang, namun tidak mencapai kesepakatan. Malam harinya, Arpan dipanggil untuk menjadi penengah.
Perundingan alot berlanjut hingga Jumat (8/8/2025), dengan jumlah korban yang terus bertambah. Suasana di lokasi semakin tegang karena para korban—kebanyakan anak muda—menuntut uang mereka dikembalikan secepatnya.
“Kondisinya memanas. Saya sudah coba damaikan, tapi tidak berhasil. Akhirnya minta bantuan Babinsa, Binamas, dan polisi,” ujar Arpan. Upaya mediasi pun tidak membuahkan hasil, hingga G akhirnya dibawa ke kantor polisi untuk penyidikan lebih lanjut pada Jumat sore.