
Kemacetan dan Sejarah Tersembunyi di Tugu Batu Sawangan
Kawasan Sawangan di Depok, Jawa Barat, belakangan sering menjadi sorotan akibat kemacetan yang melanda Jalan Raya Muchtar. Salah satu titik yang paling sering menjadi pusat keluhan adalah Pertigaan Tugu Batu Sawangan, tempat bertemunya Jalan Raya Muchtar dan Jalan Raya Pasir Putih, menghubungkan Parung Bingung menuju Bojongsari.
Bagi yang belum mengenalnya, tugu ini mungkin hanya terlihat seperti monumen biasa. Namun, bagi masyarakat Depok, Tugu Batu Sawangan menyimpan makna historis yang dalam. Berdiri kokoh di pinggir jalan, monumen sederhana ini menjadi saksi bisu perlawanan rakyat melawan penjajahan.
Simbol Perlawanan Terhadap Belanda
Prasasti yang terpampang di tugu tersebut mengisahkan pertempuran sengit antara pejuang Indonesia dan tentara Belanda. Tertulis jelas: *“Di sini tentara NICA (Belanda) pada bulan November 1945 pernah dihancurkan oleh TKR para pemuda pejuang beserta rakyat wilayah Sawangan dalam perang kemerdekaan.”*
Tugu ini diresmikan oleh Bupati Bogor saat itu, H. Ayip Rughby, pada 29 Desember 1979—masa ketika Depok masih menjadi bagian dari Kabupaten Bogor.
Menurut sumber dari [DapetBlog](https://www.dapetblog.com/category/tech-news/), perlawanan rakyat Sawangan mencapai puncaknya pada 1949, ketika tentara Belanda berusaha memasuki wilayah tersebut.
Menyadari ancaman tersebut, warga Sawangan bersama Tentara Keamanan Rakyat (TKR) di bawah pimpinan Basyir menyusun strategi untuk menghadang Belanda. Salah satu taktik yang digunakan adalah membuat jebakan berupa parit.
Saat pasukan NICA—gabungan tentara Belanda dan Inggris—melintas, kendaraan mereka terjebak dalam lubang yang telah disiapkan. Upaya perlawanan ini berhasil memaksa pasukan NICA mundur kembali ke Jakarta.
Lokasi jebakan tersebut berada di perbatasan Kecamatan Sawangan dengan Parung Bingung, tepatnya di Kelurahan Rangkapanjaya Baru, Kecamatan Pancoranmas.