Stunting di Timor Tengah Selatan: Tantangan Besar dan Harapan Baru Melalui Gerakan Genting
Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) masih memegang rekor kasus stunting tertinggi di Nusa Tenggara Timur (NTT), dengan angka mencapai 56,8% menurut Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2024. Kondisi ini menunjukkan bahwa lebih dari setengah balita di wilayah tersebut berpotensi mengalami hambatan pertumbuhan fisik dan perkembangan kognitif, yang dapat membayangi masa depan mereka.
Untuk menjawab tantangan ini, Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga/BKKBN) meluncurkan Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting (Genting). Inisiatif ini dirancang sebagai wadah kolaborasi bagi berbagai pihak untuk bersama-sama memerangi stunting di daerah yang paling terdampak.
Dampak Nyata bagi Warga
Adelia Mone, seorang ibu dari Desa Pusu, Kecamatan Amanatun Barat, merasakan langsung manfaat Gerakan Genting. Ia menerima paket bantuan berisi suplemen vitamin dan bahan pangan bergizi—bantuan yang sangat berharga mengingat sulitnya akses air bersih dan ketidakstabilan hasil panen di desanya. “Saya bersyukur dan berharap program ini bisa membantu mengurangi kasus stunting di sini,” ujarnya.
Derly Banamtuan, ibu hamil berusia delapan bulan, juga merasakan dukungan dari gerakan ini. Dengan harapan besar, ia berdoa agar anak yang dikandungnya lahir sehat dan terhindar dari risiko stunting.
Kolaborasi Multi-Pihak untuk Solusi Berkelanjutan
Gerakan Genting tidak hanya melibatkan pemerintah, tetapi juga menggandeng sejumlah mitra strategis seperti Yayasan Kitabisa NTT, PT Telkom Indonesia, PT Bank Mandiri Tbk, dan Blackmores. Program ini menyasar 150 Keluarga Risiko Stunting (KRS) di TTS dengan memberikan bantuan air bersih, fasilitas MCK komunal, serta intervensi gizi berupa suplemen vitamin selama tiga bulan.
Sukaryo Teguh Santoso, Deputi Penggerakan dan Peran Serta Masyarakat Kemendukbangga/BKKBN, menegaskan bahwa Genting bukan sekadar bantuan sesaat, melainkan gerakan moral untuk menyelamatkan generasi penerus. “Kerja keras, inovasi, dan kolaborasi lintas sektor adalah kunci utama menurunkan angka stunting,” tegasnya.
Bupati TTS, Eduard M. Lioe, turut menekankan pentingnya bantuan berkelanjutan. Menurutnya, intervensi jangka pendek tidak akan memberikan dampak signifikan. “Minimal tiga bulan agar manfaatnya benar-benar terasa,” ucapnya.
Dengan dukungan berbagai pihak, Gerakan Genting diharapkan menjadi langkah konkret dalam menekan angka stunting di TTS sekaligus mengajak masyarakat berperan aktif membangun generasi yang lebih sehat dan berkualitas.







