
Kontroversi Penunjukan Arab Saudi dan Qatar sebagai Tuan Rumah Kualifikasi Piala Dunia 2026
Gelombang protes bermunculan setelah Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) menetapkan Arab Saudi dan Qatar sebagai tuan rumah putaran keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia. Keputusan ini dinilai tidak adil oleh banyak kalangan, termasuk pengamat sepak bola Anton Sanjoyo, yang menyoroti dugaan kuatnya intervensi politik dari negara-negara kaya minyak di kawasan Teluk.
Keputusan yang Dianggap Merugikan
Awalnya, putaran keempat direncanakan berlangsung di lokasi netral. Namun, perubahan mendadak AFC menjadikan Arab Saudi dan Qatar sebagai tuan rumah “home tournament” menimbulkan kesulitan bagi peserta lain, seperti Indonesia dan Irak.
Kekuatan Politik di Balik Layar
Anton Sanjoyo mengungkapkan bahwa mayoritas anggota Exco AFC berasal dari negara-negara Arab kaya, seperti Arab Saudi, Qatar, dan Uni Emirat Arab. Hal ini memengaruhi proses pengambilan keputusan, termasuk pemilihan tuan rumah.
Kelemahan Posisi Indonesia
Meski PSSI aktif membangun relasi dengan FIFA, pengaruh politik dan finansial negara-negara Arab dinilai jauh lebih kuat. Indonesia tidak memiliki perwakilan di Exco AFC, sehingga sulit bersaing dalam lobi internasional.
Jadwal yang Dianggap Tidak Adil
Selain itu, muncul kecurigaan bahwa penjadwalan pertandingan dirancang untuk menguntungkan tuan rumah. Tim seperti Indonesia dikhawatirkan mendapat waktu istirahat lebih sedikit dibanding lawan mereka.
Kesadaran Tanpa Daya
Menurut pengamat, Indonesia sebenarnya menyadari ketidakadilan sistem ini. Namun, ketiadaan kekuatan politik membuat mereka tidak mampu melawan keputusan AFC.
Perlunya Evaluasi Diri
Di tengah kritik terhadap sistem, pengamat juga menekankan pentingnya introspeksi Timnas Indonesia. Peningkatan performa di lapangan tetap menjadi kunci, terlepas dari tantangan eksternal.
Berita ini mengungkap bahwa kegagalan Indonesia menuju Piala Dunia 2026 tidak hanya dipengaruhi faktor teknis, tetapi juga oleh permainan politik di tubuh AFC.