
Multiple Myeloma: Kanker Darah yang Kini Bisa Dikelola dengan Terapi Modern
Multiple Myeloma (MM) merupakan jenis kanker darah yang menyerang sel plasma di sumsum tulang. Perkembangan pengobatan untuk penyakit ini terus mengalami kemajuan signifikan, dari kemoterapi konvensional hingga terapi mutakhir seperti imunoterapi dan terapi target yang lebih presisi dengan efek samping minimal.
Prof. Ikhwan Rinaldi, Sp.PD-KHOM, menjelaskan bahwa pada MM, sumsum tulang memproduksi sel plasma abnormal dalam jumlah berlebihan. Sel-sel ini menghasilkan antibodi tidak efektif yang justru menekan sel sehat. Disebut “multiple” karena kanker ini dapat muncul di berbagai lokasi, terutama area dengan aktivitas sumsum tulang tinggi seperti tulang belakang, tengkorak, panggul, rusuk, bahu, dan pinggul.
Gejala Samar yang Sering Tertunda Dideteksi
Salah satu tantangan utama MM adalah tidak adanya gejala khas di awal, sehingga banyak pasien baru terdiagnosis saat kondisi sudah parah. “Penyakit ini sering terlambat diketahui karena gejalanya mirip dengan masalah kesehatan umum, seperti nyeri tulang atau kelelahan,” ujar Prof. Ikhwan dalam acara edukasi Bulan Kesadaran Kanker Darah 2025 yang digelar Takeda Pharmaceutical Company di Jakarta (10/9/2025).
Kini, pasien MM di Indonesia memiliki beragam pilihan terapi, mulai dari obat oral hingga infus. Kemajuan ini mengubah MM dari penyakit mematikan menjadi kondisi kronis yang dapat dikendalikan. “Dulu, pengobatan hanya mengandalkan kemoterapi yang berat, terutama bagi pasien lansia. Sekarang, dengan terapi target dan imunomodulator, banyak pasien bisa bertahan hingga 10 tahun dengan kualitas hidup baik,” tambahnya.
Terapi Target: Solusi Praktis untuk Pasien
Salah satu terobosan adalah terapi target oral yang bisa dikonsumsi di rumah. Santyna, penyintas MM, mengaku sangat terbantu dengan metode ini. “Dulu, saya harus antre lama di rumah sakit untuk pengobatan. Sekarang, cukup minum obat rutin di rumah,” ceritanya. Terapi ini bekerja dengan menyerang kelemahan spesifik sel myeloma tanpa banyak merusak sel sehat.
Tantangan Besar Pasien MM di Indonesia
Dr. Abraham Michael, Sp.KN-TM, Ketua Organisasi Pasien Multiple Myeloma Indonesia, menyoroti tiga masalah utama: biaya tinggi, fasilitas terbatas, dan jarak tempuh. “Pengobatan MM sangat mahal, termasuk biaya pemeliharaan jangka panjang,” ungkapnya. Banyak pasien juga datang dalam kondisi lanjut akibat keterlambatan diagnosis dan minimnya informasi.
Isolasi sosial juga menjadi persoalan. “Pasien sering merasa sendirian dan bingung mencari bantuan,” kata Abraham. Selain itu, akses ke fasilitas canggih seperti PET-CT scan masih terbatas dan mahal.
Menanggapi hal ini, dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid, Direktur Penyakit Tidak Menular Kemenkes RI, menyebut pemerintah berupaya memperluas layanan. “Kami menambah alat PET-CT dari 3 menjadi 25 unit pada 2025 dan menyederhanakan klaim BPJS. Harapannya, deteksi dini dan pengobatan bisa lebih cepat,” jelasnya.
Dengan langkah-langkah ini, diharapkan pasien MM bisa mendapatkan penanganan optimal untuk hidup lebih panjang dan berkualitas.