
Timnas U23 Indonesia menunjukkan performa mengesankan dengan mendominasi penguasaan bola selama berlaga di ASEAN U23 Championship 2025. Statistik mencatat, rata-rata kepemilikan bola Garuda Muda mencapai 71,2 persen dalam lima pertandingan. Namun, dominasi tersebut tidak berhasil diubah menjadi gelar juara setelah mereka takluk 0-1 dari Vietnam di partai puncak yang digelar di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, pada Selasa (7/7/2025).
Analisis Ketajaman Serangan dan Peran Arkhan Fikri
Erwin Fitriansyah, pengamat sepak bola nasional, memberikan evaluasi mendalam terkait performa Timnas U23 di bawah asuhan pelatih Gerald Vanenburg. Salah satu sorotan utama adalah masalah ketajaman lini depan dan variasi strategi yang diterapkan.
Perdebatan muncul terkait absennya Arkhan Fikri dalam dua laga krusial melawan Malaysia dan Thailand. Namun, Erwin menegaskan bahwa masalah efisiensi serangan tidak sepenuhnya bergantung pada satu pemain.
“50:50. Ketika Arkhan bermain melawan Filipina, Tony (Firmansyah) juga turun. Apakah timnas lebih mudah mencetak gol? Tidak juga. Jadi belum tentu kehadiran Arkhan langsung memperbaiki situasi,” jelas Erwin kepada Wartawan.
“Faktanya, saat melawan Filipina pun, gol Indonesia berasal dari bunuh diri lawan, bukan dari serangan terorganisir. Begitu pula saat menghadapi Thailand, semua gol berasal dari bola mati, bukan karena kontribusi Arkhan,” tambahnya.
Strategi Berani dengan Risiko Tinggi
Gerald Vanenburg sempat mendapat pujian setelah menerapkan taktik tak biasa dalam laga semifinal melawan Thailand. Namun, Erwin menilai pendekatan tersebut mengandung risiko besar.
“Ada variasi ekstrem, seperti mendorong bek Doni Tri maju ke depan. Ini menunjukkan keberanian dalam mencari solusi serangan,” ujar Erwin.
“Namun, strategi seperti ini tidak selalu berhasil. Saat melawan Thailand, mungkin berhasil karena lawan kehilangan konsentrasi. Tapi ketika di final melawan Vietnam, taktik itu tidak efektif,” lanjutnya.
Meski begitu, Erwin mengapresiasi struktur permainan Timnas U23 yang semakin solid, terutama dalam mempertahankan penguasaan bola.
“Yang jelas, tim ini tidak mudah kehilangan bola. Penguasaan mereka kuat, meski masih perlu dilihat apakah possession tersebut produktif atau sekadar berputar-putar di area tengah,” katanya.
Erwin juga menanggapi anggapan bahwa partai final bukanlah puncak permainan Timnas U23 di turnamen ini.
“Performa melawan Thailand dan Vietnam kurang lebih sama. Jika disebut klimaks, seharusnya ada peningkatan signifikan, tapi nyatanya tidak terlalu terlihat,” tutupnya.