
Jakarta, Papua, dan Sulawesi Utara tercatat sebagai tiga provinsi dengan tingkat obesitas tertinggi di Indonesia berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023. Jakarta menempati posisi pertama dengan prevalensi 31,8%, disusul Papua (31,3%) dan Sulawesi Utara (30,6%). Pemerintah menargetkan penurunan angka obesitas nasional menjadi 23,4% pada 2029, namun tren kenaikan yang terus terjadi membuat capaian ini tidak mudah.
Tingginya angka obesitas di Jakarta, Papua, dan Sulawesi Utara
Dipicu gaya hidup tak sehat
Menurut dr. Erwin Christianto, Sp.GK, M.Gizi, Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Gizi Klinik Indonesia (PP PDGKI), obesitas dipengaruhi oleh kebiasaan hidup tidak sehat. “Faktor utamanya adalah konsumsi makanan berlebihan, kurang gerak, tidur tidak cukup, dan manajemen stres yang buruk,” jelasnya dalam diskusi media bersama Novo Nordisk di Jakarta Pusat (23/8/2025).
Keempat faktor tersebut erat kaitannya dengan gaya hidup modern, terutama di wilayah perkotaan yang padat aktivitas. Kemudahan akses ke makanan instan dan minimnya aktivitas fisik membuat banyak orang abai terhadap pola makan dan kebugaran.
Pola makan tinggi kalori jadi penyumbang terbesar
Selain kurang gerak, Erwin menyoroti kebiasaan makan tinggi kalori di ketiga provinsi tersebut. “Makanan yang banyak mengandung minyak, lemak, gorengan, atau santan menjadi penyebab utama,” ujarnya.
Di Jakarta, makanan cepat saji dan camilan tinggi gula mudah ditemui, sementara di Papua dan Sulawesi Utara, hidangan berbasis santan dan daging berlemak merupakan bagian dari menu sehari-hari. Kebiasaan ini telah mengakar dalam budaya makan masyarakat setempat.
Obesitas tak hanya masalah di kota besar
Erwin menegaskan bahwa obesitas tidak hanya terjadi di kota metropolitan seperti Jakarta. “Dari data tersebut, hanya Jakarta yang termasuk kota besar, sedangkan dua provinsi lainnya tidak,” katanya.
Hal ini menunjukkan bahwa masalah obesitas tidak semata-mata terkait urbanisasi, melainkan juga dipengaruhi oleh pola konsumsi dan tingkat aktivitas fisik di berbagai daerah.
Survei bisa dipengaruhi metode dan kebiasaan
Erwin menyebutkan bahwa hasil survei bisa dipengaruhi oleh faktor keturunan atau gaya hidup responden. “Ada kemungkinan daerah ini memiliki banyak kasus obesitas karena faktor genetik atau kebiasaan hidup yang tidak sehat,” jelasnya.
Data SKI 2023 menjadi peringatan penting bagi Indonesia untuk mengambil langkah serius menekan angka obesitas. Target penurunan hingga 23,4% pada 2029 memerlukan strategi menyeluruh, mulai dari edukasi gizi, penyediaan makanan sehat, hingga peningkatan aktivitas fisik.
Pendekatan berbasis komunitas dengan mempertimbangkan karakteristik daerah juga diperlukan, mengingat pola makan dan gaya hidup masyarakat berbeda-beda di setiap wilayah. Tanpa perubahan kebiasaan, upaya menekan obesitas akan sulit tercapai.