
Setiap tanggal 1 Agustus, dunia memperingati Hari Kanker Paru Sedunia, sebuah momentum untuk mengingatkan masyarakat tentang bahaya penyakit ini, penyebab utamanya, serta langkah pencegahan dan deteksi dini yang bisa dilakukan. Pada tahun 2025, peringatan ini semakin relevan karena kanker paru masih menjadi beban kesehatan global, terutama di negara berkembang, meskipun beberapa negara maju berhasil menekan angka kasusnya.
Data dari *Translational Lung Cancer Research* (2018) menunjukkan bahwa insiden kanker paru di Amerika Serikat menurun berkat kampanye antirokok dan kebijakan pengendalian tembakau yang konsisten. Namun, di negara-negara berkembang, justru terjadi peningkatan kasus akibat epidemi tembakau yang masih meluas. “Beban penyakit ini lebih banyak menimpa kelompok minoritas dan masyarakat berpenghasilan rendah,” tulis Patricia M. de Groot dan tim peneliti dalam publikasinya.
Faktor risiko utama kanker paru tetap merokok, diikuti paparan asap rokok pasif, radon, zat karsinogen di tempat kerja, infeksi, dan faktor genetik. Secara global, kanker paru merupakan jenis kanker paling mematikan, dengan 1,8 juta kasus baru dan 1,6 juta kematian pada 2012 saja.
Epidemiologi Kanker Paru: Tantangan Global yang Belum Usai
Peringatan Hari Kanker Paru Sedunia digagas oleh *Forum of International Respiratory Societies* (FIRS) dan organisasi kesehatan global lainnya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya kanker paru. Tujuannya tidak sekadar seremonial, melainkan sebagai ajakan untuk bertindak—mengingat banyak kasus terdeteksi di stadium lanjut, ketika peluang kesembuhan semakin kecil.
Di Indonesia dan negara berpenghasilan rendah-menengah lainnya, tantangan semakin besar. Minimnya kesadaran gejala awal, keterbatasan fasilitas skrining, serta tingginya jumlah perokok aktif dan pasif menjadi masalah serius. Bahkan, tren penggunaan rokok elektrik (*electronic nicotine delivery systems*/ENDS) di kalangan anak muda turut memicu kekhawatiran. Meski sering dianggap “lebih aman”, produk ini tetap mengandung zat berbahaya dengan risiko jangka panjang yang belum sepenuhnya dipahami.
Mengapa Hari Kanker Paru Sedunia Penting?
Salah satu isu krusial yang mengemuka adalah peningkatan kasus kanker paru pada perempuan dan non-perokok. Di AS, 10–15% kasus terjadi pada orang yang tidak pernah merokok, sementara di Eropa, kanker paru bahkan menjadi pembunuh nomor satu akibat kanker pada perempuan—melampaui kanker payudara. Faktor lingkungan seperti polusi udara dalam ruangan (misalnya dari bahan bakar memasak) dan genetik diduga menjadi pemicu utama, terutama di kawasan Asia.
Kanker Paru pada Perempuan dan Non-Perokok
Fakta menunjukkan bahwa 90% kasus kanker paru terkait dengan konsumsi tembakau, sehingga kampanye antirokok dan regulasi ketat terhadap industri rokok tetap menjadi prioritas. Namun, tantangan baru muncul, seperti legalisasi ganja di beberapa wilayah, maraknya ENDS, serta paparan zat karsinogenik di lingkungan kerja.
Hari Kanker Paru Sedunia 2025 menjadi pengingat bahwa menjaga kesehatan paru adalah tanggung jawab bersama—bukan hanya dengan berhenti merokok, tetapi juga melalui kebijakan yang lebih ketat, akses deteksi dini yang merata, serta edukasi tentang faktor risiko yang sering diabaikan.