
Ketika Rumah Tangga Berakhir, Pengasuhan Tetap Berjalan: Pentingnya Co-Parenting untuk Kestabilan Emosi Anak
Perceraian sering kali membawa perubahan besar dalam dinamika keluarga, terutama bagi anak-anak yang harus beradaptasi dengan situasi baru. Meski hubungan orangtua sudah berakhir, peran mereka sebagai pengasuh tetap harus berjalan secara harmonis. Psikolog keluarga Sukmadiarti Perangin-angin, M.Psi., menegaskan bahwa co-parenting—pola pengasuhan bersama meski sudah berpisah—menjadi solusi krusial agar anak tidak kebingungan secara emosional.
Co-Parenting yang Sehat: Lebih dari Sekadar Jadwal Bergantian
Menurut Sukmadiarti, co-parenting tidak sekadar membagi waktu mengasuh, melainkan tentang menciptakan konsistensi dan rasa aman bagi anak. *”Anak butuh kepastian bahwa ayah dan ibunya tetap hadir dalam hidupnya, meski tidak lagi tinggal bersama,”* jelasnya kepada Kompas.com.
Komunikasi yang sehat antara mantan pasangan sangat menentukan. Jika orangtua mampu menghindari konflik di depan anak, proses adaptasi akan lebih mudah. Sebaliknya, pertikaian yang terus-menerus berisiko meninggalkan luka emosional yang dalam.
Strategi Co-Parenting untuk Menjaga Ketenangan Anak
Berikut langkah-langkah yang bisa diambil orangtua untuk memastikan pengasuhan tetap stabil pasca-perceraian:
- Jauhkan Konflik dari Anak
Perdebatan dengan mantan pasangan sebaiknya tidak melibatkan anak. Hindari saling menyalahkan agar anak tidak merasa terbebani. - Aturan yang Konsisten di Kedua Pihak
Keseragaman aturan dasar—seperti jam tidur atau waktu belajar—di rumah ayah dan ibu membantu anak merasa nyaman dan aman. - Buka Ruang Diskusi dengan Anak
Dengarkan keluh kesah anak tanpa menghakimi. Dengan begitu, mereka akan lebih leluasa mengekspresikan perasaannya. - Hadir Secara Penuh, Baik Emosional Maupun Finansial
Orangtua yang tidak tinggal bersama tetap harus aktif memberikan dukungan, baik melalui waktu berkualitas maupun pemenuhan kebutuhan materi. - Kolaborasi untuk Kepentingan Anak
Kerja sama dalam hal penting—seperti pendidikan atau kesehatan—menunjukkan bahwa anak masih memiliki tim pendukung yang utuh.
Fokus pada Kebutuhan Anak, Bukan Ego Pribadi
Sukmadiarti menegaskan bahwa co-parenting yang sukses berpusat pada kepentingan anak, bukan keinginan individu. *”Ketika anak merasakan kehadiran kedua orangtuanya dalam cara yang sehat, ia akan tumbuh dengan emosi yang stabil dan percaya diri,”* ujarnya.
Dengan komitmen bersama, perceraian tidak harus menjadi akhir dari rasa nyaman anak. Melalui co-parenting yang bertanggung jawab, mereka tetap bisa merasakan kasih sayang dan stabilitas dari kedua orangtuanya.