Jakarta Kembali Perkuat Komitmen Pembangunan Berkelanjutan dengan Integrasi Taman di Kawasan Barito

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta terus berupaya mewujudkan kota yang berkelanjutan demi masa depan generasi mendatang. Salah satu langkah konkretnya adalah dengan mengembangkan ruang terbuka hijau yang tidak hanya memperindah kota, tetapi juga berfungsi sebagai infrastruktur pengendali banjir. Kali ini, fokus penataan berada di kawasan Barito, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, di mana tiga taman—Taman Langsat, Taman Leuser, dan Taman Ayodia—akan disatukan menjadi Taman Bendera Pusaka.

Fungsi Ekologis dan Sosial yang Terintegrasi

Ketiga taman ini bukan sekadar tempat rekreasi, melainkan juga memiliki peran penting sebagai daerah resapan air, penyeimbang ekosistem, dan pusat aktivitas sosial masyarakat. Salah satu ciri khasnya adalah keberadaan badan air seperti kanal, sungai, dan kolam yang memperkuat fungsi ekologis sekaligus mempercantik lanskap.

Ika Agustin Ningrum, Kepala Dinas Sumber Daya Air (SDA) DKI Jakarta, menjelaskan bahwa pembangunan Taman Bendera Pusaka akan dilengkapi dengan infrastruktur pengendali banjir dan sistem sanitasi modern. “Kami mengintegrasikan Taman Langsat dan Taman Leuser dengan kolam retensi sepanjang 750 meter. Di sini, akan dibangun pintu air, Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), saringan sampah, dan sediment trap,” ujarnya.

Selain itu, saluran drainase di sekitar taman juga akan diperbaiki untuk mengurangi limpasan air ke daerah Hang Lekir dan Hang Jebat saat musim hujan. Di musim kemarau, air di saluran penghubung Jelawe diharapkan lebih jernih berkat pengolahan melalui IPAL.

Dukung Kualitas Air dan Kesehatan Lingkungan

IPAL yang dibangun mampu mengolah 800 meter kubik air limbah per hari, memenuhi standar Baku Mutu Air Limbah Domestik sesuai Peraturan Menteri LHK No. P.68/2016. “Program ini dirancang untuk mengatasi tantangan urbanisasi, perubahan iklim, dan tekanan lingkungan, sekaligus menjaga kesehatan masyarakat dan kelestarian alam,” tambah Ika.

Dukungan Ahli untuk Tata Kelola Air Modern

Firdaus Ali, pakar bioteknologi lingkungan dari Universitas Indonesia, menyoroti pentingnya tata kelola air yang modern dalam penataan ketiga taman ini. “Selama ini belum ada IPAL dan saringan sampah, padahal limbah domestik mengalir ke taman. Dengan pembangunan ini, aliran air akan lebih bersih dan terkendali,” jelasnya.

Ia juga menekankan bahwa integrasi taman ini bertujuan menciptakan ruang publik terpadu yang menggabungkan fungsi hijau, biru, dan rekreasi. “Kawasan ini akan menjadi pusat kegiatan yang nyaman, hijau, dan bernilai ekologis tinggi, mendukung Jakarta sebagai kota global yang berkelanjutan,” pungkas Firdaus.