
JAKARTA, KOMPAS.com – Tiga gedung kokoh setinggi empat lantai kini menjulang di kawasan Jakarta International Stadium (JIS), Papanggo, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Bangunan ini adalah Kampung Susun Bayam, pengganti hunian warga eks Kampung Bayam yang sebelumnya terkesan kumuh dan tidak memenuhi standar kelayakan.
Setelah menunggu lebih dari lima tahun, pada Kamis (7/8/2025), warga akhirnya menerima kunci rumah baru mereka dalam proses yang dilakukan secara terbuka.
Sherli (42), salah satu penghuni, mengungkapkan kebahagiaannya sekaligus rasa takjub karena bisa kembali ke kampung halamannya.
“Saat tanda tangan dulu, saya sampai nggak percaya. Benar nggak sih, kita bisa balik lagi ke sini? Perasaan pulang ke sini bikin senang banget,” kata Sherli saat berbincang dengan Kompas.com, Sabtu (9/8/2025).
Perjalanan menuju tempat tinggal baru ini tidaklah mudah. Setelah penggusuran lima tahun silam, Sherli dan ratusan warga lainnya terpaksa menempati Rusun Nagrak, Marunda, Cilincing, yang letaknya jauh dari tempat kerja dan aktivitas sehari-hari.
Banyak di antara mereka yang kehilangan pekerjaan, sementara anak-anak harus berangkat sekolah lebih awal dan pulang larut malam.
“Tantangannya berat sekali. Banyak teman yang kehilangan pekerjaan, anak-anak harus berangkat subuh dan pulang malam. Rasanya sangat melelahkan. Kami cuma bisa saling menguatkan dengan berkumpul bersama,” ujarnya dengan suara bergetar.
Kini, pindah ke Kampung Susun Bayam seperti kembali ke rumah. Hunian ini jauh lebih layak dan bersih, sekaligus dekat dengan sumber penghidupan warga.
Fasilitasnya pun jauh lebih baik, dengan desain yang melibatkan masukan warga, termasuk konsep mezanin untuk ruang yang lebih luas.
“Kalau soal hunian, sudah layak. Memang ada sedikit kerusakan kecil, tapi bisa diperbaiki perlahan. Yang penting, kami punya rumah sendiri lagi,” tutur Sherli.
Meski bahagia, Sherli menyadari perjuangan belum berakhir. Setelah masa gratis enam bulan, warga harus mulai membayar sewa sebesar Rp 1,7 juta per bulan.
Besaran biaya ini masih akan dibahas saat pengelolaan hunian beralih dari Jakpro ke Dinas Perumahan Jakarta.
“Harapannya, ke depan kampung ini bisa dikelola mandiri seperti Kampung Susun Akuarium. Jadi, warga bisa mengurus dan merawat fasilitasnya sendiri,” harap Sherli.
Selain pengelolaan, warga juga berharap adanya dukungan untuk kemandirian ekonomi, seperti pelatihan keterampilan, bantuan usaha kecil, dan pemanfaatan lahan pertanian yang tersedia di sekitar kampung.
“Kami nggak mau cuma menunggu bantuan. Kami mau mandiri, mau dilatih supaya bisa hidup lebih baik,” tegasnya.
Kampung Susun Bayam terdiri dari tiga gedung dengan total puluhan unit rumah. Gedung A berisi 50 unit, Gedung B 35 unit, dan Gedung C 53 unit.
Penempatan penghuni dilakukan sesuai kebutuhan, termasuk ruang khusus lansia dan disabilitas.
Mengusung konsep urban farming, halaman kampung dimanfaatkan untuk menanam cabai rawit, cabai hijau, terong ungu, serta kolam ikan.
Sebelumnya, sebanyak 30 Kepala Keluarga eks warga Kampung Bayam telah resmi menempati Hunian Pekerja Pendukung Operasional (HPPO) JIS pada Kamis (7/8/2025).
“Alhamdulillah, berdasarkan laporan dari Kelurahan Papanggo, Kecamatan Tanjung Priok, Jakarta Utara, per Kamis (7/8/2025) sebanyak 30 Kepala Keluarga sudah memindahkan barang dan menempati unit masing-masing,” ujar Chico Hakim, Staf Khusus Gubernur Bidang Komunikasi Publik, Jumat (8/8/2025).
Pemprov Jakarta turut memberikan bantuan berupa 30 paket sembako, satu kursi roda, serta pelayanan kependudukan dari Dinas Dukcapil untuk mempermudah adaptasi warga.
Proses serah terima kunci dihadiri oleh perwakilan kelurahan, PT Jakarta Propertindo (Jakpro), Suku Dinas Sosial, dan Satpol PP Jakarta Utara.