
Jakarta – Tragedi meninggalnya seorang balita di Sukabumi, Jawa Barat, akibat infeksi cacingan mengundang keprihatinan luas. Raya, bocah berusia empat tahun itu, dikabarkan mengeluarkan sekitar satu kilogram cacing dari tubuhnya sebelum akhirnya tutup usia.
Diketahui, Raya sering bermain di kolong rumah panggung keluarganya yang dipenuhi kotoran ayam, diduga menjadi pemicu infeksi cacing tersebut. Menyikapi kasus ini, dr. Santi, Health Management Specialist Corporate HR Kompas Gramedia, membeberkan berbagai penyebab cacingan pada anak dan dewasa.
Faktor Pemicu Cacingan pada Anak dan Dewasa
Menurut dr. Santi, mekanisme infeksi cacing pada anak dan orang dewasa pada dasarnya serupa.
“Cacingan terjadi ketika telur atau larva cacing masuk ke tubuh melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi,” jelasnya kepada *Kompas.com*, Rabu (27/8/2025).
Meski begitu, ada perbedaan cara larva cacing menginfeksi anak-anak dibandingkan orang dewasa.
Anak-anak Rentan Tertular Lewat Aktivitas Bermain
Dewasa Terpapar dari Makanan dan Lingkungan Kerja
Sementara pada orang dewasa, risiko cacingan muncul dari konsumsi makanan tidak higienis, seperti lalapan mentah, sushi, atau daging yang kurang matang. Selain itu, pekerjaan seperti bertani atau beternak juga meningkatkan paparan.
“Orang tua yang merawat anak terinfeksi cacing juga berisiko, misalnya saat membersihkan popok atau feses anak,” tambahnya.
Kebiasaan seperti jajan sembarangan, menggunakan alat makan kotor, atau hobi berkebun juga dapat menjadi pintu masuk larva cacing.
Raya Meninggal Bukan karena Cacingan, Tapi Sepsis
Pemeriksaan menunjukkan adanya TBC paru aktif, pneumonia, dan infeksi cacing gelang. Meski diberi obat cacing dan perawatan intensif, nyawanya tidak tertolong.
“Pasien meninggal karena sepsis yang diperburuk oleh malnutrisi berat, stunting, dan meningitis TBC stadium 3,” jelas Sianne.
Prof. dr. Agnes Kurniawan, Sp.Par.K, menegaskan cacing bukan penyebab utama kematian. “Infeksi sistem saraf dan sepsis adalah faktor utamanya. Cacing dewasa tidak bisa mencapai otak atau organ vital,” tegasnya.
Prof. dr. Anggraini, Sp.A(K), menyerukan pentingnya pencegahan melalui perbaikan gizi, sanitasi, dan deteksi dini penyakit menular seperti TBC dan cacingan.