
Infeksi saluran kemih (ISK) terjadi ketika organ dalam sistem kemih, termasuk uretra dan kandung kemih, terkena infeksi. Gejala umumnya meliputi nyeri saat buang air kecil, urine keruh atau bercampur darah, serta bau yang tidak biasa.
Menurut dr. Ina Zarlina, Sp.A(K), dokter spesialis anak konsultan nefrologi dari RS Siloam Asri dan RSAB Harapan Kita, ISK tidak hanya dialami oleh anak-anak dan dewasa, tetapi juga bayi. “Pada bayi baru lahir, ISK bisa terjadi akibat infeksi intrauterine (dalam rahim). Ibu yang mengalami infeksi selama hamil dapat menularkannya ke bayi, sehingga beberapa hari setelah lahir, bayi sudah terkena ISK,” jelasnya dalam acara Urology–Nephrology Summit 2025 di Jakarta Selatan, Minggu (24/8/2025).
Selain itu, ISK pada bayi juga bisa dipicu oleh kelainan bawaan pada ginjal. Saat masih dalam kandungan, bayi mengandalkan sirkulasi plasenta ibu. Setelah lahir, ginjal mulai berfungsi, dan jika terdapat kelainan, risiko ISK meningkat. “Terkadang, infeksi bukan berasal dari ginjal melainkan dari masalah sistemik seperti radang paru, gangguan pernapasan, atau infeksi darah yang akhirnya menyebar ke ginjal,” tambah Ina.
Faktor lain yang memicu ISK pada bayi adalah kebersihan area intim yang kurang terjaga. Jika orang tua tidak membersihkan dengan benar, bakteri dari tinja dapat masuk ke saluran kemih.
Lebih rentan anak laki-laki atau perempuan?
Menurut Ina, kerentanan ISK tergantung pada usia. “Anak perempuan lebih sering mengalaminya saat usia pra-sekolah karena saluran kemihnya lebih pendek dan dekat dengan anus,” ujarnya. Kondisi ini diperparah jika anak sering menahan pipis atau mengalami sembelit. Oleh karena itu, penting mengajarkan cara membersihkan area intim dengan benar, seperti mengusap dari depan ke belakang setelah buang air besar.
Anak laki-laki di bawah dua tahun lebih berisiko kena ISK
“Namun, pada anak di bawah dua tahun, ISK lebih sering terjadi pada laki-laki,” kata Ina. Beberapa penyebabnya adalah kelainan bawaan dan fimosis—kondisi di mana kulit kulup tidak bisa ditarik ke belakang. “Anak laki-laki yang tidak disunat berisiko lebih tinggi terkena ISK karena fimosis dapat menyebabkan pembengkakan dan nyeri saat buang air kecil,” jelasnya.
Setelah melewati usia dua tahun, anak laki-laki cenderung lebih jarang terkena ISK karena saluran uretra mereka memanjang seiring pertumbuhan.