
Jakarta – Penyakit campak, yang disebabkan oleh virus *Morbillivirus* dari keluarga *paramyxovirus*, menyebar melalui percikan air liur (*droplet*) saat penderitanya batuk atau bersin. Saat ini, kasus campak sedang melonjak di beberapa wilayah di Sumenep, Jawa Timur, terutama di lima kecamatan: Kalianget, Rubaru, Kota, Dasuk, dan Saronggi.
Menurut Achmad Syamsuri, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Sumenep, Kalianget mencatat kasus tertinggi dengan 220 penderita, diikuti Rubaru (146 kasus), Kota (122 kasus), Dasuk (115 kasus), dan Saronggi (107 kasus). Secara keseluruhan, sejak Januari hingga Agustus 2025, terdapat 1.944 kasus campak di Sumenep, dengan 12 anak dilaporkan meninggal dunia.
Gejala Campak yang Perlu Diwaspadai
Lebih dari Sekadar Demam dan Ruam Merah
Campak tidak hanya ditandai dengan munculnya ruam merah. Ada sejumlah gejala lain yang perlu diperhatikan.
Berdasarkan informasi dari situs RS Mitra Keluarga, gejala utama campak meliputi demam tinggi di atas 38°C yang berlangsung minimal tiga hari, disertai batuk, pilek, serta ruam merah di beberapa bagian tubuh. Selain itu, penderita juga bisa mengalami mata merah, mata berair, atau salah satu dari gejala tersebut.
Ruam kulit yang muncul biasanya terlihat sedikit menonjol, berwarna berbeda dari kulit normal, dan bertahan selama tiga hari atau lebih. Sementara itu, RS Primaya menambahkan bahwa gejala lain seperti diare, radang tenggorokan, bercak putih keabuan di mulut dan tenggorokan, serta sensitivitas mata terhadap cahaya juga dapat terjadi.
Tiga Tahapan Gejala Campak
Gejala campak umumnya berkembang dalam tiga fase. Fase pertama ditandai dengan demam disertai batuk atau pilek. Fase kedua muncul ruam kemerahan di tubuh, dan fase ketiga ditandai dengan ruam yang menghitam sebelum akhirnya memudar.
Kelompok yang Rentan Terkena Campak
Campak bisa menyerang siapa saja, terutama anak-anak. Berikut kelompok yang paling berisiko:
1. Belum Mendapat Vaksin
Orang yang belum divaksin campak memiliki risiko tinggi tertular. Vaksinasi campak bisa diberikan sejak usia sembilan bulan dengan dosis ulang pada usia 18 bulan.
2. Bepergian ke Daerah Wabah
Mereka yang mengunjungi wilayah dengan kasus tinggi, seperti lima kecamatan di Sumenep, lebih rentan terpapar virus.
3. Kekurangan Vitamin A
Kadar vitamin A yang rendah dapat meningkatkan kerentanan terhadap campak. Selain itu, anak dengan kondisi kesehatan buruk, penderita penyakit kronis, dan orang dengan sistem imun lemah juga berisiko tinggi.
Komplikasi Serius Akibat Campak
Meski jarang terjadi, campak dapat menyebabkan komplikasi berbahaya seperti infeksi telinga, bronkitis, pneumonia, hingga ensefalitis (radang otak).
Upaya Penanganan di Sumenep
Sebagian besar pasien campak di Sumenep telah mendapat perawatan medis, meski beberapa memerlukan rujukan ke rumah sakit. Untuk mengendalikan penyebaran, Dinas Kesehatan setempat akan menggelar imunisasi massal mulai Senin (25/8/2025).