Ford Everest generasi kedua (2007–2015) masih menjadi primadona di kalangan pecinta SUV bekas, terutama berkat ketangguhan dan performanya yang solid. Namun, di balik keunggulannya, ada beberapa hal krusial yang perlu diperhatikan, khususnya terkait sistem transmisi otomatis. Simak ulasan lengkapnya berikut ini.
Keunggulan yang Tak Terbantahkan
Ford Everest generasi ini dikenal sebagai SUV diesel dengan desain gagah dan kemampuan off-road yang mumpuni. Ditenagai mesin 2.500 cc, mobil ini mampu menghasilkan tenaga hingga 143 Tk dan torsi 330 Nm. Pengemudi bisa memilih antara transmisi manual 5-percepatan atau otomatis 5-percepatan, tergantung preferensi berkendara.
Masalah yang Sering Muncul pada Transmisi Otomatis
Meski tangguh, transmisi otomatis Ford Everest generasi ini memiliki beberapa titik lemah:
- Brake band rentan patah akibat kebiasaan parkir yang salah, seperti langsung menggeser tuas ke posisi P tanpa menarik rem tangan terlebih dahulu. Kerusakan ini bisa menyebabkan transmisi mati total dengan biaya perbaikan sekitar Rp 3,5 juta (termasuk penurunan transmisi).
- Sling transmisi (kabel transmisi) juga sering bermasalah, membuat perpindahan gigi P-R-N-D terasa kurang presisi atau “ngelos”. Perbaikan sling lebih terjangkau, sekitar Rp 1,1 juta, dan tidak memerlukan penurunan transmisi.
Tips Merawat Transmisi agar Tetap Awet
Agar komponen transmisi otomatis bertahan lama, berikut langkah-langkah yang disarankan saat parkir, terutama di tanjakan atau turunan:
- Pastikan rem tangan sudah ditarik sepenuhnya.
- Pindahkan tuas transmisi ke posisi N (Netral) terlebih dahulu.
- Baru geser ke posisi P (Parkir) setelah rem tangan benar-benar mengunci.
Kesimpulan
Ford Everest generasi kedua tetap layak dipertimbangkan sebagai pilihan SUV bekas, berkat performa mesin dan ketangguhannya. Namun, calon pemilik harus waspada terhadap kerentanan transmisi otomatis. Dengan perawatan dan kebiasaan berkendara yang tepat, risiko kerusakan bisa diminimalisir, sekaligus menghindari biaya perbaikan yang tidak sedikit.




