10 Tips Jitu Batasi Makanan Manis Anak untuk Kesehatan Optimal

0 0
Read Time:1 Minute, 24 Second

Orangtua Perlu Bijak Atur Konsumsi Makanan Manis Anak demi Kesehatan Jangka Panjang

Makanan manis memang menggoda, tapi orangtua perlu lebih cermat mengontrol asupannya pada anak. Kebiasaan mengonsumsi gula berlebihan bisa memicu berbagai gangguan kesehatan, mulai dari masalah gigi hingga penyakit serius di kemudian hari.

Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan MS, Guru Besar Pangan dan Gizi dari Institut Pertanian Bogor, menekankan bahwa pendidikan tentang pola makan sehat harus dimulai dari rumah. Orangtua berperan krusial dalam mengajarkan anak memilih makanan, termasuk mengenali mana yang perlu dibatasi.

*”Membatasi asupan manis pada anak adalah tanggung jawab keluarga. Edukasi di tingkat rumah tangga membantu anak memahami batasan saat jajan,”* jelas Ali, seperti dikutip Antara (11/9/2025).

Strategi Praktis untuk Orangtua

Ali menyarankan pendekatan fleksibel, seperti membuat kesepakatan dengan anak tentang waktu mengonsumsi makanan manis. Misalnya, hanya di akhir pekan atau tiga hari sekali. Cara ini menjaga keseimbangan antara keinginan anak dan kepentingan kesehatan.

Lingkungan yang Penuh Godaan

Makanan dan minuman kemasan tinggi gula mudah ditemui di sekolah atau warung sekitar rumah. Melarang sepenuhnya sulit dilakukan, sehingga orangtua perlu fokus pada edukasi dampak gula berlebih.

Bahaya Gula Berlebihan bagi Anak

Konsumsi gula tambahan berisiko menyebabkan:

  • Obesitas dan kenaikan berat badan
  • Masalah gigi berlubang
  • Peningkatan risiko diabetes tipe 2
  • Penyakit jantung di masa dewasa

Kebiasaan ini jika dibiarkan bisa terbawa hingga dewasa, sehingga pembatasan sejak dini sangat penting.

Peran Pemerintah dalam Pengawasan

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan, pemerintah sedang menyiapkan aturan pelabelan *nutri-grade* (kadar gula, garam, dan lemak) pada kemasan produk. Langkah ini diharapkan memudahkan orangtua memilih makanan sehat.

Ali menambahkan, industri membutuhkan waktu sekitar dua tahun untuk menyesuaikan diri dengan regulasi baru tersebut. Masa transisi ini penting agar pelabelan informasi gizi bisa diterapkan secara optimal.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Related Posts

Tanda Bahaya atau Justru Sehat? Cek Faktanya!

Perbedaan Pendapat dengan Pasangan Bukan Selalu Pertanda Buruk, Ini Penjelasannya Konflik dalam hubungan asmara kerap dianggap sebagai tanda bahaya. Namun, menurut psikolog Mark Travers, berselisih paham dengan pasangan tidak selalu…

Gizi Optimal Tanpa Daging Mahal!

Protein hewani memegang peran krusial dalam mendukung tumbuh kembang anak, terutama pada fase emas di bawah usia dua tahun. Nutrisi ini tidak hanya menjadi fondasi kesehatan, tetapi juga berpengaruh jangka…

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

You Missed

Liverpool Akan Bangkit Kembali, Hanya Perlu Kesabaran!

  • By Admin
  • November 2, 2025
  • 2 views
Liverpool Akan Bangkit Kembali, Hanya Perlu Kesabaran!

Man United Kalah Lagi, Fans Gagal Potong Rambut karena Nazar Gagal Terpenuhi

  • By Admin
  • November 2, 2025
  • 2 views
Man United Kalah Lagi, Fans Gagal Potong Rambut karena Nazar Gagal Terpenuhi

Dominan, Dinamis, dan Tak Tertembus di Lapangan!

  • By Admin
  • November 2, 2025
  • 2 views
Dominan, Dinamis, dan Tak Tertembus di Lapangan!

Tanda Bahaya atau Justru Sehat? Cek Faktanya!

  • By Admin
  • November 2, 2025
  • 2 views
Tanda Bahaya atau Justru Sehat? Cek Faktanya!

Gizi Optimal Tanpa Daging Mahal!

  • By Admin
  • November 2, 2025
  • 2 views
Gizi Optimal Tanpa Daging Mahal!

Leya Princy Bongkar Sisi Positif FOMO Belanja Brand Lokal yang Tak Banyak Diketahui

  • By Admin
  • November 2, 2025
  • 2 views
Leya Princy Bongkar Sisi Positif FOMO Belanja Brand Lokal yang Tak Banyak Diketahui