10 Tips Jitu Berkomunikasi dengan Remaja yang Susah Diajak Bicara

0 0
Read Time:2 Minute, 11 Second

Masa Remaja dan Tantangan Komunikasi dengan Orangtua

Di usia dini, anak-anak cenderung antusias berbagi cerita, entah sepulang sekolah atau sebelum terlelap. Namun, seiring bertambahnya usia, banyak remaja yang justru lebih memilih diam, hanya menjawab singkat, “Oke,” saat diajak bicara. Menghadapi situasi ini, psikolog anak Vanessa Jensen, PsyD, mengingatkan orangtua untuk tidak menyerah menjalin komunikasi.

“Intinya, semua bermuara pada bagaimana kita berkomunikasi. Teruslah berbicara, mendengarkan, dan selalu siap hadir untuk mereka,” ujar Jensen, seperti dikutip dari *Children’s Health Council* (12/8/2025). Orangtua perlu menyesuaikan gaya bicara agar selaras dengan tahap perkembangan remaja. Berikut strategi untuk membuka pintu percakapan dengan buah hati.

Strategi Berkomunikasi dengan Remaja yang Pendiam

1. Pahami Perbedaan Generasi

Remaja menghadapi tekanan lebih kompleks dibanding generasi sebelumnya.

Remaja menghadapi tekanan lebih kompleks dibanding generasi sebelumnya.
Dunia remaja kini dipengaruhi oleh media sosial, *smartphone*, tuntutan akademik, hingga *bullying* daring dan luring. Meski orangtua mungkin tidak sepenuhnya mengerti, berempati adalah kuncinya. Ingat, dulu orangtua kita pun belum tentu paham sepenuhnya masalah kita saat remaja, merujuk *Cleveland Clinic* dan *Kompas.com* (24/6/2024).

2. Perhatikan Waktu dan Suasana

Pilih momen yang nyaman untuk memulai percakapan.

Pilih momen yang nyaman untuk memulai percakapan.
Jensen menyarankan memanfaatkan situasi santai, seperti saat berkendara. “Ketika anak tidak perlu menatap langsung, mereka cenderung lebih terbuka,” jelasnya. Tanpa kontak mata, remaja mungkin merasa lebih nyaman bercerita tanpa khawatir dilihat ekspresinya.

3. Ciptakan Momen Kebersamaan

Aktivitas bersama bisa jadi pintu masuk komunikasi.

Aktivitas bersama bisa jadi pintu masuk komunikasi.
Luangkan waktu untuk hal-hal sederhana seperti menonton film favorit atau memasak bersama. Meski mungkin ditolak sesekali, kesempatan ini bisa menjadi ajang untuk membangun kedekatan.

4. Validasi Perasaan Mereka

Menerima emosi anak adalah langkah awal komunikasi efektif.

Menerima emosi anak adalah langkah awal komunikasi efektif.
Saat remaja kesal, akui perasaan mereka terlebih dahulu. Contohnya, “Kami tahu kamu kesal diminta membereskan kamar. Tidak apa-apa, istirahat dulu 30 menit, lalu kita bicara lagi.” Pendekatan ini membantu mereka merasa dipahami dan lebih terbuka (*CNN*).

5. Ajukan Pertanyaan Spesifik

Pertanyaan detail tunjukkan bahwa orangtua benar-benar peduli.

Pertanyaan detail tunjukkan bahwa orangtua benar-benar peduli.
Gantikan “Bagaimana harimu?” dengan pertanyaan lebih personal, seperti “Bagaimana hasil ujian matematiamu?” atau “Apa kabar teman dekatmu?” Ini memberi sinyal bahwa orangtua memperhatikan detail kehidupan mereka.

6. Jadilah Pendengar Aktif

Mendengarkan tanpa interupsi bangun kepercayaan.

Mendengarkan tanpa interupsi bangun kepercayaan.
Hindari memotong atau menghakimi. Dengarkan dengan saksama, tunjukkan bahwa pendapat mereka berharga. Ini memperkuat ikatan dan rasa hormat.

7. Eksplorasi Metode Komunikasi Alternatif

Manfaatkan teknologi untuk tetap terhubung.

Manfaatkan teknologi untuk tetap terhubung.
Jika percakapan langsung terasa sulit, coba gunakan pesan teks, catatan, atau bahkan *doodle*. Beberapa remaja lebih nyaman mengekspresikan diri lewat tulisan atau media kreatif.

8. Kelola Emosi dengan Bijak

Tetap tenang saat emosi memuncak.

Tetap tenang saat emosi memuncak.
Saat remaja meluapkan emosi, tetaplah tenang dan hindari balas memarahi. Jensen menekankan, kunci utama adalah konsistensi: terus berbicara, mendengarkan, dan menunjukkan bahwa orangtua selalu ada untuk mereka—bahkan saat mereka tidak meminta bantuan.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Related Posts

Cuaca Panas Picu Emosi? Begini Tips Psikiater untuk Mengendalikannya

Sengatan terik matahari ternyata tak hanya menguras energi fisik, tetapi juga berpotensi mengganggu keseimbangan mental. Berikut penjelasan mendalam tentang bagaimana suhu tinggi memengaruhi kondisi psikologis dan langkah antisipasinya: Pengaruh Panas…

Anak Ditegur di Sekolah? Psikolog Ungkap Efek Memarahinya Lagi di Rumah

Insiden Tamparan Kepala Sekolah di Banten: Bagaimana Sebaiknya Orang Tua Menyikapi Hukuman di Sekolah? Seorang kepala sekolah di Banten menjadi sorotan setelah diduga menampar seorang siswa (ILP, 17) yang ketahuan…

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

You Missed

Cuaca Panas Picu Emosi? Begini Tips Psikiater untuk Mengendalikannya

  • By Admin
  • October 19, 2025
  • 0 views
Cuaca Panas Picu Emosi? Begini Tips Psikiater untuk Mengendalikannya

Anak Ditegur di Sekolah? Psikolog Ungkap Efek Memarahinya Lagi di Rumah

  • By Admin
  • October 19, 2025
  • 0 views
Anak Ditegur di Sekolah? Psikolog Ungkap Efek Memarahinya Lagi di Rumah

Risiko Baby Blues Meningkat pada Kehamilan di Bawah 20 Tahun, Simak Penjelasan Dokter!

  • By Admin
  • October 19, 2025
  • 0 views
Risiko Baby Blues Meningkat pada Kehamilan di Bawah 20 Tahun, Simak Penjelasan Dokter!

5 Alasan Orangtua Membela Anak yang Salah, Belajar dari Kasus Kepala Sekolah Menampar Murid

  • By Admin
  • October 19, 2025
  • 1 views
5 Alasan Orangtua Membela Anak yang Salah, Belajar dari Kasus Kepala Sekolah Menampar Murid

7 Momen Lamaran Romantis Teuku Rassya & Cleantha Islan dengan Nuansa Pastel yang Memikat

  • By Admin
  • October 19, 2025
  • 0 views
7 Momen Lamaran Romantis Teuku Rassya & Cleantha Islan dengan Nuansa Pastel yang Memikat

Psikolog Ungkap Dampak Fatal Orangtua Membela Anak yang Salah, Kasus Kepsek Tampar Murid Jadi Pelajaran

  • By Admin
  • October 19, 2025
  • 0 views
Psikolog Ungkap Dampak Fatal Orangtua Membela Anak yang Salah, Kasus Kepsek Tampar Murid Jadi Pelajaran