
Menguak Fenomena Hubungan *Toxic*: Mengapa Sulit Lepas dan Dampaknya pada Mental
Hubungan yang merusak kesehatan mental kerap kali sulit diakhiri, meski sudah jelas membawa penderitaan. Menurut dr. Hilda Marsela, Sp.KJ, istilah *toxic* sebenarnya merujuk pada dinamika hubungan yang merugikan, bukan label mutlak untuk individu. Jenis relasi ini bisa muncul dalam berbagai bentuk, mulai dari percintaan, persahabatan, hingga lingkungan kerja, dengan ciri utama berupa rasa tidak aman, hilangnya kepercayaan diri, atau bahkan identitas.
Memahami Hubungan *Toxic*
Dinamika hubungan *toxic* seringkali ditandai dengan ketidakseimbangan kekuasaan, manipulasi, atau pola komunikasi yang merendahkan. Korban biasanya merasa terjebak dalam lingkaran negatif yang sulit diputus, meski secara logika menyadari dampak buruknya.
Alasan di Balik Keterikatan pada Hubungan Merugikan
Beberapa faktor psikologis membuat seseorang bertahan dalam situasi tidak sehat, antara lain:
– Kurangnya rasa percaya diri: Perasaan tidak mampu hidup tanpa pasangan, meski hubungan tersebut justru merusak.
– Ikatan emosional tidak sehat: Pola *insecure attachment* membuat seseorang takut ditinggalkan dan sulit membangun relasi baru.
– Siklus kebiasaan buruk: Terbiasa dengan pola hubungan negatif yang berulang sehingga perubahan terasa mustahil.
Dampak Jangka Panjang pada Kesehatan Jiwa
Stres kronis akibat hubungan *toxic* dapat memicu masalah serius, seperti:
– Gangguan depresi dan kecemasan
– Trauma emosional
– Hilangnya kendali atas diri sendiri
– Kecenderungan mengisolasi diri dari lingkungan
Langkah untuk Membebaskan Diri
Kesadaran adalah kunci pertama. Mengakui bahwa hubungan tersebut tidak sehat memungkinkan seseorang untuk mengambil tindakan, seperti:
– Memutuskan untuk pergi jika tidak ada ikatan yang memaksa bertahan.
– Menetapkan batasan jelas jika hubungan harus dipertahankan (misalnya di tempat kerja atau keluarga), demi melindungi kesehatan mental.
Peran Self-Love dalam Pemulihan
Mencintai diri sendiri menjadi pondasi utama untuk keluar dari jerat hubungan *toxic*. Dengan menyadari nilai diri, seseorang akan memahami bahwa mereka layak mendapatkan relasi yang membangun, bukan merusak.
Penutup
Hubungan yang sehat seharusnya mendorong pertumbuhan, bukan menghancurkan perlahan. Jika suatu relasi terus-menerus menimbulkan rasa cemas, ketakutan, atau ketidakberdayaan, inilah saatnya untuk melakukan evaluasi mendalam.