
Berbicara dengan penuh empati bisa menjadi langkah awal mencegah seseorang melakukan bunuh diri. Namun, tidak semua kata-kata tepat diucapkan. Beberapa kalimat justru berisiko memperburuk keadaan.
Menurut Clement Eko Prasetio, M.Psi., psikolog dari Indopsycare, percakapan yang tulus membantu seseorang merasa terhubung secara sosial—hal yang sangat dibutuhkan saat seseorang berada di titik terendah. Meski begitu, pemilihan kata harus diperhatikan agar tidak memicu dampak sebaliknya.
### Hindari Menyalahkan dengan Dalih Agama atau Rasa Syukur
Menyatakan bahwa seseorang “kurang bersyukur” atau “tidak cukup beribadah” justru berbahaya. Clement menegaskan, kalimat seperti ini membuat orang yang sedang bergumul dengan pikiran bunuh diri merasa tidak didengar.
*”Agama bisa menjadi penolong, tapi menekankan hal-hal seperti itu justru membuat mereka tersudut. Mereka butuh didengarkan, bukan dihakimi,”* jelas Clement saat berbincang dengan *Kompas.com* (8/9/2025).
Tidak ada ukuran pasti seberapa besar rasa syukur atau kesalehan seseorang. Alih-alih memberi solusi, ucapan seperti itu malah memperdalam perasaan terisolasi dan memperkuat keinginan untuk mengakhiri hidup.
### Jangan Menawarkan Harapan Palsu
Membicarakan masa depan bisa menjadi strategi untuk mengalihkan pikiran negatif, asalkan harapan yang diberikan realistis. Clement mencontohkan, menjanjikan hal mustahil seperti *”Kamu bisa dapat Rp 5 miliar!”* kepada mahasiswa yang sedang stres skripsi justru tidak membantu.
Lebih baik fokus pada hal-hal kecil yang bisa dicapai, seperti:
1. *”Kamu masih berjuang menyelesaikan skripsi. Bagaimana kalau besok kita temui dosenmu bersama?”*
2. *”Dulu kamu berhasil melewati mata kuliah sulit. Sekarang pun pasti bisa melewati ini.”*
3. *”Kamu suka soto, kan? Yuk, kita coba cari warung soto terenak di kota ini!”*
Catatan:
*Depresi dan keinginan bunuh diri bukan hal sepele. Jika Anda atau orang terdekat membutuhkan bantuan, jangan ragu menghubungi layanan dukungan kesehatan jiwa. Kunjungi [tautan ini](https://www.dapetblog.com/category/tech-news/) untuk informasi lebih lanjut. Pertolongan profesional dari psikolog atau psikiater sangat disarankan jika kondisi semakin serius.*