
Kehidupan keluarga pasca-perceraian dan pernikahan ulang seringkali menghadirkan kompleksitas tersendiri, terutama bagi seorang ayah yang harus menjalani peran ganda. Di satu sisi, ia harus membangun hubungan baru dengan pasangan dan anak tiri, sementara di sisi lain, tanggung jawabnya terhadap anak kandung tetap tak boleh terlupakan. Psikolog Keluarga Sukmadiarti Perangin-angin, M.Psi., mengungkapkan bahwa situasi ini kerap menempatkan ayah dalam dilema untuk menyeimbangkan perhatian tanpa mengorbankan kebutuhan emosional anak-anaknya.
Tantangan Peran Ganda Seorang Ayah
Menurut Sukmadiarti, salah satu masalah yang kerap muncul adalah kecemburuan dari anak kandung. Mereka mungkin merasa bahwa perhatian ayahnya kini lebih terfokus pada keluarga barunya. “Jika tidak dikelola dengan baik, anak kandung bisa merasa terabaikan dan kehilangan rasa aman. Perasaan ini berpotensi berkembang menjadi kekecewaan berkepanjangan,” jelasnya dalam wawancara dengan Kompas.com.
Selain itu, ketimpangan dalam pemenuhan kebutuhan, baik secara emosional maupun finansial, dapat memperlebar jarak antara ayah dan anak. Ketika anak merasa kurang diperhatikan, hal itu bisa memicu persepsi negatif, seperti merasa tidak dicintai atau tidak berharga.
Dinamika Hubungan dengan Anak Kandung dan Anak Sambung
Sukmadiarti menambahkan bahwa konflik lebih sering muncul dari anak kandung dibandingkan anak tiri. Anak kandung mungkin merasa terancam dengan kehadiran anggota keluarga baru, sehingga memunculkan rasa tidak dihargai atau bahkan daddy issue di masa depan.
Sementara itu, anak sambung cenderung tidak memiliki ekspektasi tinggi terhadap figur ayah baru. Tantangan utama bagi mereka adalah proses adaptasi dalam menerima kehadiran sosok ayah yang sebelumnya tidak dikenal.
Strategi Menjaga Keadilan dalam Keluarga
Meski tidak mudah, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan ayah untuk memastikan keadilan dan keharmonisan dalam keluarga:
- Memprioritaskan waktu berkualitas – menyediakan momen khusus untuk anak kandung maupun anak sambung, meski tidak tinggal bersama.
- Memenuhi tanggung jawab finansial – perceraian tidak menghilangkan kewajiban untuk menafkahi anak kandung.
- Membuka ruang diskusi – mendengarkan keluh kesah anak tanpa menyangkal perasaan mereka.
- Menunjukkan kasih sayang secara nyata – tidak hanya melalui materi, tetapi juga dengan perhatian dan keterlibatan aktif.
- Menghargai emosi anak – tidak menganggap remeh rasa cemburu atau kecewa yang mereka alami.
- Bekerja sama dengan pasangan baru – memastikan anak kandung tetap diterima dan anak sambung tidak merasa terbebani.
Pentingnya Kehadiran Ayah bagi Anak
Sukmadiarti menegaskan bahwa peran ayah, baik bagi anak kandung maupun anak tiri, sangat krusial bagi perkembangan emosional mereka. “Meski sudah membentuk keluarga baru, ayah harus menunjukkan bahwa anak kandung tetap memiliki tempat khusus dalam hidupnya. Perceraian tidak boleh menjadi alasan untuk menjauh dari anak,” tegasnya.
Dengan pendekatan yang adil, komunikasi yang baik, dan komitmen untuk tetap hadir, seorang ayah dapat menciptakan keseimbangan dalam keluarga baru tanpa mengorbankan hubungan dengan anak kandung.