
Jakarta –
Pernahkah Anda tiba-tiba lupa tujuan masuk ke suatu ruangan atau kesulitan mengingat kata yang sebenarnya sudah “nyaris terucap”? Kondisi ini dikenal sebagai kabut otak (brain fog)—kumpulan gejala kognitif seperti pikiran berkabut, konsentrasi menurun, atau proses berpikir yang melambat.
Meski bukan diagnosis medis, kabut otak dialami oleh banyak orang. Data penelitian menunjukkan, sekitar 28% orang dewasa pernah merasakan gejalanya. Dr. Alexander Billioux, ahli medis dari United Healthcare, menjelaskan bahwa kesehatan otak sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik. Artinya, faktor seperti kurang tidur, stres, atau pola makan tidak teratur bisa memicu kabut otak.
Dr. Tharaka, pakar dari *Morning Live*, menambahkan bahwa perubahan hormon (misalnya saat menopause) atau beban pikiran berlebihan juga dapat menjadi pemicu. Berikut empat strategi praktis untuk mengatasinya:
### 1. Bersikap Sabar
Kabut otak bukan tanda kegagalan, melainkan sinyal bahwa tubuh butuh istirahat. Ingatkan diri bahwa ini bersifat sementara. Tak ada salahnya berhenti sejenak, mendelegasikan tugas, atau meminta bantuan saat diperlukan.
### 2. Bangun Rutinitas
Kurangi kelelahan mental dengan menciptakan jadwal harian yang terstruktur. Rutinitas yang jelas—seperti menyiapkan pakaian atau menu sarapan sebelumnya—membantu otak fokus tanpa terbebani keputusan kecil yang berulang.
### 3. Sisipkan Jeda
Aktivitas padat tanpa istirahat membuat otak kelelahan. Sisihkan waktu 5–10 menit di sela kesibukan untuk meregangkan badan, minum air, atau sekadar diam. Jeda singkat ini berfungsi seperti “reset” mental sebelum melanjutkan aktivitas.
### 4. Manfaatkan Pengingat Digital
Hindari mengandalkan ingatan untuk hal-hal rutin. Gunakan kalender digital atau alarm untuk mencatat janji, tagihan, atau daftar belanja. Dengan begitu, pikiran lebih lega dan siap menghadapi prioritas lain.