
Kardinal Suharyo: Aspirasi Masyarakat Butuh Tindakan Nyata, Bukan Sekadar Didengar
Uskup Agung Jakarta, Kardinal Ignatius Suharyo, menekankan bahwa aspirasi masyarakat tidak boleh berhenti pada tahap didengarkan. Menurutnya, pemangku kebijakan harus memberikan bukti nyata bahwa setiap masukan ditindaklanjuti dengan solusi konkret.
Pentingnya Respons Nyata dari Pemerintah
Dalam siaran *Gaspol* di YouTube Kompas.com, Jumat (12/9/2025), Suharyo menyatakan, “Yang mempunyai tanggung jawab untuk mewujudkan kebaikan bersama, seperti termaktub dalam Pembukaan UUD ’45 dan Pancasila, tidak boleh hanya mendengarkan. Mendengarkan saja tidak cukup—harus ada tindakan.”
Lebih lanjut, ia menambahkan, “Masyarakat butuh tanda-tanda nyata bahwa gagasan mereka dipertimbangkan dengan serius, bukan sekadar wacana.”
Kemiskinan: Masalah yang Butuh Solusi Realistis
Salah satu isu yang menjadi sorotannya adalah angka kemiskinan. Suharyo menganggap batas garis kemiskinan saat ini tidak realistis. “Menurut data, seseorang dianggap tidak miskin jika penghasilannya Rp22.000 per hari. Tapi, apa benar uang segitu cukup untuk hidup layak?” ujarnya.
Ia menyarankan agar pemerintah membuka ruang diskusi untuk mengevaluasi angka tersebut sebelum menjadi polemik. “Kalau sejak awal dibahas dan diperbaiki, masalah ini tidak akan berlarut-larut. Transparansi seperti itu yang dibutuhkan,” tegasnya.
Keterbukaan Kunci Menemukan Solusi
Menurut Suharyo, solusi hanya bisa ditemukan jika masalah diakui terlebih dahulu. “Masalah harus diungkap dengan jujur. Kalau ditutupi, bagaimana solusinya bisa tepat? Keputusan yang diambil justru bisa salah arah,” jelasnya.
Pengalamannya bertemu dengan warga miskin memperkuat pandangannya. “Jika kita keluar malam hari, masih banyak keluarga yang tidur di gerobak sampah. Ini realita yang tidak bisa diabaikan,” ungkapnya.
Dengan demikian, Suharyo mendorong pemerintah untuk tidak hanya responsif, tetapi juga proaktif dalam menangani persoalan sosial, terutama kemiskinan.