Kolong Tol Wiyoto Wiyono Berubah Jadi TPS Liar, Sampah Menggunung hingga 4 Meter
Di bawah jalan tol Wiyoto Wiyono, Sungai Bambu, Tanjung Priok, Jakarta Utara, sebuah masalah lingkungan telah berlangsung selama seperempat abad. Kawasan yang semula dimanfaatkan warga setempat kini berubah menjadi tempat pembuangan sampah (TPS) liar. Perubahan fungsi ini semakin parah setelah penutupan sementara TPS Waduk Cincin, memicu warga dari berbagai kelurahan membuang sampah di lokasi tersebut.
Sampah Mengancam Lingkungan dan Infrastruktur
Kondisi di kolong tol ini memprihatinkan. Tumpukan sampah telah mencapai ketinggian sekitar 4 meter, hampir menyentuh bagian bawah jalan tol, dan membentang sepanjang 200 meter. Dampaknya tidak hanya terlihat, tetapi juga tercium dan dirasakan oleh warga sekitar.
* Gangguan Kesehatan: Bau menyengat dan serbuan lalat mengganggu aktivitas sehari-hari, termasuk di musala dan sekolah yang letaknya berdekatan.
* Kerusakan Lingkungan: Air lindi yang meresap ke tanah membuat area tersebut becek dan berlumpur, menambah risiko pencemaran.
* Ancaman pada Infrastruktur: Mahawan Karuniasa, pakar dari Universitas Indonesia, memperingatkan bahwa air lindi dapat mengubah struktur tanah. Meski belum berdampak signifikan saat ini, hal ini berpotensi membahayakan fondasi jalan tol jika dibiarkan terus-menerus.
Pemerintah Siapkan Langkah Penanganan
Edy Mulyanto, Kepala Suku Dinas Lingkungan Hidup Jakarta Utara, menjelaskan bahwa penumpukan sampah ini bersifat sementara. Penyebabnya adalah pembangunan ulang TPS Waduk Cincin dan longsornya TPA Bantargebang.
* Aksi Cepat: Dalam 2-3 hari ke depan, pemerintah akan melakukan pengangkutan sampah besar-besaran dengan memobilisasi truk dari seluruh kelurahan.
* Solusi Berkelanjutan: Diperlukan penambahan TPS yang layak, peningkatan armada pengangkut sampah, serta edukasi kepada masyarakat. Selain itu, kolong tol perlu ditata ulang agar menjadi ruang yang bermanfaat dan terawat, sehingga masyarakat terdorong untuk ikut menjaga kebersihannya.
Masalah ini tidak hanya membutuhkan penanganan darurat, tetapi juga komitmen jangka panjang untuk mencegah terulangnya kondisi serupa di masa depan.





