
Teknik Biportal Endoscopic Spine Surgery (BESS) Kian Populer di Indonesia, Pelatihan Eksklusif Digelar untuk Tingkatkan Kompetensi Dokter
Perkembangan teknik Biportal Endoscopic Spine Surgery (BESS) semakin pesat di Indonesia sebagai pilihan bedah minimal invasif untuk mengatasi masalah tulang belakang, terutama hernia nukleus pulposus (HNP) atau saraf terjepit. Untuk meningkatkan keahlian dokter dalam metode ini, diselenggarakan pelatihan bertajuk “1st Biportal Endoscopic Spine Course in Indonesia” pada 15–16 Agustus 2025 di RS Jakarta.
Keterbatasan Dokter yang Kuasai Teknik BESS
Menurut dr. Wawan Mulyawan Sp.BS (K), jumlah dokter di Indonesia yang mahir dalam teknik BESS masih sangat terbatas. “Baru kurang dari 50 dokter di seluruh negeri yang menguasai BESS. Sementara, untuk teknik bedah mikroskopik, ada sekitar 100 dokter,” ujarnya saat menjadi bagian dari National Faculty dalam pelatihan tersebut.
Pelatihan ini diikuti oleh puluhan dokter bedah saraf dan ortopedi, termasuk dua peserta dari Singapura dan Malaysia. Selain itu, acara ini juga menghadirkan dua pakar BESS ternama dari Korea Selatan, yaitu dr. Daejung Choi dan dr. Sung Won Cho, sebagai International Faculty.
Belajar Langsung dari Ahli Korea Selatan
Kedua ahli tersebut tidak hanya berbagi pengetahuan terkini seputar teknik BESS, tetapi juga memberikan bimbingan praktis kepada peserta. “Dr. Choi adalah salah satu pelopor BESS. Dua tahun lalu, tim kami sempat belajar ke Busan untuk mempelajari teknik ini, dan kini kami berkesempatan mengundang beliau untuk berbagi ilmu di sini,” jelas dr. Wawan, yang juga dikenal sebagai pelopor BESS di Indonesia.
Selain itu, pengajaran juga diberikan oleh pengajar nasional seperti Dr. dr. Wawan Mulyawan, dr. Danu Rolian, Sp.BS, dr. Dimas Rahman, Sp.BS, dan dr. Deni Nasution, Sp.BS (K) Spine. Mereka akan melengkapi materi dengan pengalaman klinis yang sesuai dengan kondisi pasien di Indonesia.
Kombinasi Teori dan Praktik Langsung
Selama dua hari, peserta akan menjalani serangkaian sesi, mulai dari pembelajaran teori, observasi live surgery, hingga praktik diseksi kadaver. Pendekatan hands-on ini dirancang agar dokter tidak hanya memahami konsep, tetapi juga mampu mengaplikasikan teknik BESS secara efektif di ruang operasi.
Tak hanya fokus pada saraf terjepit di tulang belakang, pelatihan ini juga mencakup penanganan saraf terjepit di area leher. Dengan kolaborasi antara pakar internasional dan pengajar lokal, acara ini menjadi momen penting bagi peningkatan kompetensi dokter serta pengembangan standar bedah tulang belakang di Indonesia ke tingkat global.