
Workaholic dan Kaitannya dengan Daddy Issues: Ketika Pencapaian Jadi Pelarian
Tidak semua orang yang gila kerja melakukannya karena semata-mata cinta pada pekerjaannya. Ada kalanya, dorongan untuk terus bekerja berlebihan berakar dari luka masa kecil, terutama akibat kurangnya validasi dari sosok ayah. Fenomena ini, yang dikenal sebagai *daddy issues*, sering kali memicu kebutuhan berlebih untuk membuktikan diri melalui karier.
Anak yang tumbuh tanpa cukup perhatian atau apresiasi dari ayah cenderung membawa rasa haus pengakuan hingga dewasa. Mereka mungkin menjadikan pekerjaan sebagai alat untuk mengisi kekosongan itu, bahkan sampai mengorbankan kesehatan dan waktu pribadi.
Ketika Pekerjaan Berubah Jadi Kecanduan
Menurut Sukmadiarti Perangin-angin, M.Psi., psikolog keluarga, bekerja keras bukanlah masalah selama masih dalam batas wajar dan didasari passion. Namun, bahaya muncul ketika dorongan itu berubah menjadi obsesi tidak sehat.
“Workaholic sebetulnya tidak masalah kalau masih dalam batas wajar dan seseorang mencintai pekerjaannya. Tapi kalau sampai berlebihan, rela kerja demi mendapatkan pengakuan sosial, itu sudah tidak baik,” jelas Sukmadiarti dalam wawancara dengan Kompas.com (8/9/2025).
Bagi sebagian orang, tidak peduli seberapa tinggi jabatan atau penghasilan mereka, rasa “kurang” tetap ada. Mereka terus mengejar pengakuan eksternal, seringkali dengan mengabaikan istirahat dan kesejahteraan diri sendiri.
Mengapa Validasi dari Ayah Begitu Krusial?
Ketiadaan dukungan emosional dari ayah di masa kecil dapat menciptakan pola pencarian validasi yang tak pernah puas. Tanpa fondasi penghargaan dari keluarga, seseorang mungkin mengaitkan harga diri semata-mata dengan prestasi kerja.
“Kalau seseorang mendapatkan validasi yang cukup dari lingkungan sekitarnya, khususnya keluarganya, maka dia tidak perlu validasi berlebihan dari orang lain,” ungkap Sukmadiarti, yang berpraktik di Semarang, Jawa Tengah.
Akibatnya, pekerjaan menjadi satu-satunya sumber kepuasan, meski pada akhirnya merusak keseimbangan hidup.
Langkah Mengatasi Workaholic Akar Daddy Issues
Meski kompleks, kondisi ini bisa diatasi dengan membangun *self-love*. Kuncinya adalah belajar memberi validasi pada diri sendiri, bukan hanya mencarinya dari luar.
“Pahami bahwa validasi itu juga bisa diberikan oleh diri sendiri dan kita bisa merasa berharga dengan hal itu,” kata Sukmadiarti.
*Self-love* bukan sekadar memanjakan diri, tetapi juga menerima keterbatasan, menghargai proses, dan melepaskan ketergantungan pada pencapaian sebagai tolok ukur kebahagiaan. Dengan begitu, kerja keras bisa tetap produktif tanpa harus berujung pada kelelahan fisik dan emosional.
Fenomena ini menunjukkan betapa luka masa kecil dapat membentuk pola hidup dewasa. Dengan kesadaran dan langkah tepat, siklus workaholic bisa diputus, memberi ruang bagi pemulihan dan keseimbangan.
https://www.dapetblog.com/category/tech-news/