HCC Desak Pemerintah Tingkatkan Fasilitas Menyusui untuk Ibu

0 0
Read Time:2 Minute, 53 Second

Menyusui di tempat umum seringkali menjadi tantangan bagi para ibu, terutama ketika bayi mereka rewel di tengah keramaian. Untuk itu, kehadiran ruang laktasi yang nyaman di fasilitas publik dinilai sangat penting. Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, FRSPH, peneliti utama sekaligus pendiri Health Collaborative Center (HCC), menegaskan bahwa pemerintah perlu memastikan ketersediaan fasilitas menyusui di ruang publik. Pernyataan ini disampaikannya di Restoran Beautika, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, pada Jumat (8/8/2025).

Pemerintah Perlu Memperbanyak Ruang Laktasi

Dengan semakin banyaknya ruang laktasi di tempat umum, stigma negatif terhadap ibu yang menyusui di ruang terbuka dapat dikurangi. Selain itu, fasilitas ini juga membantu para ibu memberikan ASI dengan lebih nyaman dan higienis.

Ruang Laktasi di Transportasi Umum

Menurut Ray, pengadaan ruang laktasi di transportasi umum seperti kereta sangat memungkinkan, mengingat sudah ada gerbong khusus perempuan. “Sudah saatnya ada gerbong khusus untuk ibu menyusui atau ruang khusus menyusui,” ujarnya. Saat ini, transportasi umum umumnya menyediakan area prioritas untuk ibu hamil, lansia, dan penyandang disabilitas. Ray menyarankan agar ibu menyusui juga dimasukkan dalam kategori tersebut. “Terutama bagi ibu pekerja yang membawa anak, mereka butuh ruang untuk menyusui agar bayi tidak rewel,” tambahnya.

Ruang Laktasi di Tempat Umum

Meski beberapa mal sudah menyediakan ruang laktasi, seringkali lokasinya kurang strategis—terlalu jauh atau berada di sudut tersembunyi. “Biasanya disebut ‘pojok laktasi’ karena letaknya di ujung. Padahal, ibu dengan bayi kecil butuh akses cepat sebelum ASI merembes. Akhirnya, banyak yang memilih menyusui di toilet,” jelas Ray. Padahal, menyusui di toilet sangat tidak disarankan karena risiko kontaminasi kuman. “Bayangkan, apakah kita mau makan di toilet? Tentu tidak. Begitu pula bayi, mereka pantas mendapat ASI di tempat yang bersih,” tegasnya.

Normalisasi Menyusui di Ruang Publik

Selain mendorong penyediaan ruang laktasi, HCC juga mengajak masyarakat untuk lebih menerima praktik menyusui di tempat umum. Bayi membutuhkan ASI eksklusif hingga usia enam bulan sebelum mulai MPASI, dan pemberian ASI tetap dianjurkan hingga dua tahun. Meski bisa diberikan melalui botol, menyusui langsung memiliki manfaat lebih, termasuk memperkuat ikatan emosional ibu dan anak. “Menyusui itu seperti makan. Kalau makan di tempat umum biasa saja, mengapa menyusui harus disembunyikan?” kata Ray.

Dengan menormalkan aktivitas ini, masyarakat tidak perlu ragu menanyakan apakah seorang ibu sudah menyusui anaknya. “Seringkali ibu baru menyusui saat anak rewel, padahal itu tanda ia sudah lapar. Seharusnya, ibu bisa menyusui sebelum bayi menangis,” ujarnya. Meski ruang laktasi semakin banyak, belum semua tempat umum memilikinya. Karena itu, menyusui di ruang terbuka harus diterima sebagai hal yang wajar. “Kita harus mengubah pandangan bahwa menyusui butuh tempat khusus. Ibu harus merasa aman menyusui di mana saja,” paparnya.

Masih Ada Perspektif Negatif Soal Ibu Menyusui di Ruang Publik

HCC merilis penelitian terbaru bertajuk “Persepsi dan Dukungan pada Ibu Menyusui di Tempat Umum”, yang dilakukan pada 4-5 Agustus 2025. Survei melibatkan 731 responden dengan komposisi 84% perempuan dan 16% laki-laki. Sebanyak 33% berusia ≤30 tahun, sementara 67% di atas 30 tahun. Mayoritas responden (89%) sudah menikah, dan 60% berpendidikan di bawah SMA/sederajat.

Hasilnya, 30% responden mengaku tidak nyaman melihat ibu menyusui di ruang publik. Sebanyak 29,7% merasa gelisah, dan 50% sangat tidak setuju jika ibu menyusui tanpa penutup. Selain itu, 29% berpendapat ibu hanya boleh menyusui di ruang laktasi. Temuan lain menunjukkan:
– 34,6% menolak ibu menyusui di taman atau ruang terbuka.
– 33,8% tidak setuju dengan praktik menyusui di transportasi umum.
– 32,8% keberatan jika dilakukan di kafe, dan 30,6% menentang di tempat makan.

Data ini menunjukkan bahwa upaya normalisasi menyusui di ruang publik masih menghadapi tantangan besar.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Related Posts

Cristiano Ronaldo & Georgina Rodriguez: Kisah Cinta Instan di Butik Gucci yang Memikat Dunia

Cristiano Ronaldo dan Georgina Rodriguez Akhirnya Melangkah ke Pelaminan Setelah Sembilan Tahun Bersama Pasangan selebriti dunia, Cristiano Ronaldo dan Georgina Rodriguez, resmi mengumumkan pertunangan mereka setelah hampir satu dekade menjalin…

Ini Alasannya!

Cristiano Ronaldo Akhirnya Melamar Georgina Rodriguez Setelah 10 Tahun Pacaran Pasangan selebriti dunia, Cristiano Ronaldo dan Georgina Rodriguez, resmi bertunangan. Kabar bahagia ini dibagikan langsung oleh Rodriguez melalui unggahan di…

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

You Missed

Cristiano Ronaldo & Georgina Rodriguez: Kisah Cinta Instan di Butik Gucci yang Memikat Dunia

  • By Admin
  • August 12, 2025
  • 1 views
Cristiano Ronaldo & Georgina Rodriguez: Kisah Cinta Instan di Butik Gucci yang Memikat Dunia

Olahraga Intensif Turunkan Risiko Kanker Payudara Hingga 30%, Temuan Studi Terbaru

  • By Admin
  • August 12, 2025
  • 1 views
Olahraga Intensif Turunkan Risiko Kanker Payudara Hingga 30%, Temuan Studi Terbaru

Klaim Menyesatkan & Langgar Norma Kesusilaan

  • By Admin
  • August 12, 2025
  • 1 views
Klaim Menyesatkan & Langgar Norma Kesusilaan

Tamara Geraldine Ungkap Rahasia Atasi Burnout dengan Cana Wellness di Jakarta

  • By Admin
  • August 12, 2025
  • 1 views
Tamara Geraldine Ungkap Rahasia Atasi Burnout dengan Cana Wellness di Jakarta

Ini Alasannya!

  • By Admin
  • August 12, 2025
  • 2 views
Ini Alasannya!

5 Gaya Romantis Darma Mangkuluhur Melamar DJ Patricia Schuldtz dengan Nuansa Safari Afrika yang Memukau

  • By Admin
  • August 12, 2025
  • 1 views
5 Gaya Romantis Darma Mangkuluhur Melamar DJ Patricia Schuldtz dengan Nuansa Safari Afrika yang Memukau