
Setelah 27 Tahun Terjebak dalam Diam, Munira Abdulla Akhirnya Menunjukkan Tanda-Tanda Kesadaran
Selama hampir tiga puluh tahun, Munira Abdulla, seorang wanita asal Uni Emirat Arab, hidup dalam keadaan vegetatif akibat kecelakaan tragis. Namun, baru-baru ini, dunia dikejutkan dengan kemunculan tanda-tanda kesadarannya yang perlahan pulih.
Kasus ini menarik perhatian global, bukan hanya karena lamanya waktu yang dilalui Munira tanpa kesadaran penuh, tetapi juga karena membuka kembali diskusi tentang batasan pemahaman medis terkait kondisi vegetatif, *minimal consciousness*, dan kemampuan otak untuk sembuh.
Kecelakaan yang Mengubah Segalanya
Pada 1991, Munira mengalami cedera otak parah akibat tabrakan mobil saat sedang menjemput putranya, Omar, dari sekolah. Saat kecelakaan terjadi, ia melindungi Omar dengan pelukannya, sehingga sang anak hanya mengalami luka ringan.
“Selama ini, saya tidak pernah menyerah karena yakin suatu hari dia akan bangun,” ungkap Omar dalam wawancara dengan *The National*. “Saya berbagi cerita ini agar orang lain tak kehilangan harapan.”
Bukan Koma Biasa: Memahami Kondisi Neurologis Munira
Meski banyak media menyebut Munira dalam keadaan “koma” atau “vegetatif”, diagnosis medis sebenarnya adalah *minimally conscious*—suatu kondisi di mana pasien memiliki respons terbatas namun masih menunjukkan tanda-tanda kesadaran dasar.
Menurut Dr. Friedemann Müller, ahli saraf dari *Schön Klinik* Jerman, kondisi ini berbeda dari koma total. “Tidak ada pasien yang tiba-tiba sadar setelah 27 tahun. Perubahan terjadi secara bertahap,” jelasnya kepada *DW*.
Bagian tertentu otak pasien *minimally conscious* masih bisa merespons rangsangan, dan dalam kasus Munira, terapi intensif seperti eksoskeleton, obat-obatan, operasi, serta stimulasi sensorik turut membantu pemulihannya.
Momen Penuh Haru: Suara yang Dinantikan Puluhan Tahun
Titik balik terjadi pada 2018. Saat terjadi perdebatan di ruang rumah sakit, Munira tiba-tiba mengeluarkan suara aneh. Tiga hari kemudian, Omar mendengar sesuatu yang ia nantikan selama puluhan tahun.
“Dia memanggil nama saya,” kenang Omar kepada *BBC*. “Itu adalah kata pertama yang dia ucapkan setelah sekian lama.”
Sejak saat itu, kondisi Munira terus membaik. Ia mulai merespons situasi familiar, mengulang doa, dan bahkan merasakan sakit. Meski masih bergantung pada kursi roda, kemajuan ini menjadi bukti nyata bahwa otak memiliki kemampuan luar biasa untuk pulih.
Kasus Langka yang Mengubah Perspektif Medis
Pemulihan kesadaran setelah puluhan tahun tergolong sangat jarang. Kebanyakan pasien dengan kondisi serupa tidak menunjukkan perkembangan signifikan. Namun, kasus Munira mengingatkan pentingnya diagnosis yang tepat dan rehabilitasi berkelanjutan.
Jenny Kitzinger, peneliti dari *Cardiff University*, menekankan bahwa istilah seperti “bangun” atau “sadar” sering disalahartikan. “Kebanyakan pasien tetap mengalami gangguan fisik dan kognitif berat,” tulisnya di *The Independent*.
Cahaya Harapan di Tengah Ketidakpastian
Meski tidak semua keluarga beruntung seperti Munira dan Omar, kisah ini membuktikan bahwa dalam neurologi, tidak ada yang mutlak. Perawatan intensif, dukungan keluarga, dan evaluasi medis rutin menjadi kunci untuk membuka peluang pemulihan.
Kini, Munira kembali ke Abu Dhabi dan terus menjalani fisioterapi. Meski belum sepenuhnya pulih, kesadarannya yang kembali adalah jawaban dari doa panjang seorang anak—dan pengingat bahwa harapan tak pernah benar-benar padam.