
Di tengah hiruk-pikuk kehidupan modern, di mana gawai dan tuntutan digital terus mengisi setiap detik waktu luang, otak kita justru membutuhkan jeda. Tanpa disadari, kebiasaan mengisi setiap momen dengan stimulasi justru memicu kelelahan mental. Ilmuwan menyebutnya sebagai “kelelahan perhatian”—dan solusinya mungkin lebih sederhana dari yang kita kira: membiarkan pikiran mengembara bebas.
Apa itu attention restoration theory?
Teori pemulihan perhatian (ART) pertama kali digagas oleh psikolog Rachel dan Stephen Kaplan pada 1989. Mereka membedakan dua jenis fokus:
- Directed attention, saat kita sengaja berkonsentrasi pada tugas seperti bekerja atau membaca.
- Undirected attention, ketika pikiran dibiarkan mengalir alami tanpa target, misalnya saat menikmati gemericik air atau rintik hujan.
Tanpa kesempatan untuk “bernapas” dalam mode undirected attention, otak rentan kelelahan. Akibatnya, konsentrasi menurun dan kita mudah terdistraksi. “Sekarang, bahkan saat mengantre pun kita langsung membuka ponsel,” tulis Anna Kenyon, pakar dari University of Lancashire. Padahal, momen-momen “kosong” itu sebenarnya adalah kesempatan emas bagi otak untuk reset.
Alam sebagai tempat “pemulihan”
Sejak era Romantisisme, alam telah diyakini sebagai penyembuh jiwa. Kini, sains membuktikannya. Teknologi pemindaian otak menunjukkan, aktivitas di amigdala—area terkait stres—menurun saat seseorang berada di tengah alam. Sebaliknya, lingkungan perkotaan tidak memberi efek serupa.
Dalam sebuah eksperimen, partisipan yang berjalan 40 menit di alam terbuka menunjukkan tingkat stres lebih rendah dibandingkan yang berjalan di jalanan kota. Temuan ini memperkuat gagasan bahwa alam adalah “spa alami” untuk otak yang lelah.
Manfaatnya terbukti
Analisis terhadap 42 studi mengungkap bahwa paparan alam bisa meningkatkan performa kognitif, termasuk daya fokus. Bahkan, sekadar melihat pemandangan hijau saat treadmill pun sudah cukup mengurangi kelelahan mental. “Cukup 10 menit membiarkan pikiran mengembara, hasil tes kognitif bisa lebih baik,” jelas Kenyon.
Cara menerapkannya
Tak perlu jauh-jauh ke hutan. Cari saja spot hijau terdekat: taman, tepi sungai, atau jalan setapak yang sepi. Kuncinya? Jauhkan ponsel. Biarkan mata menangkap gerakan semut di tanah, telinga menyerap desau daun, atau sekadar duduk diam tanpa agenda. “Ini adalah ritual pemulihan yang vital di zaman serba instan,” pungkas Kenyon.