
Indonesia Masuk Daftar Negara dengan Tingkat Obesitas Tertinggi di Asia Tenggara
Menurut laporan terbaru FAO (Food and Agriculture Organization) dalam *State of Food Security and Nutrition in the World 2024*, Indonesia tercatat sebagai salah satu negara dengan kasus obesitas tertinggi di kawasan Asia Tenggara. Pada 2022, sekitar 21,6 juta orang dewasa di atas 18 tahun mengalami obesitas—naik signifikan dari 10 juta orang pada 2012.
Prevalensi obesitas di kalangan dewasa Indonesia juga melonjak dari 5,9% pada 2012 menjadi 11,2% pada 2022. Angka ini menunjukkan tren yang mengkhawatirkan dibandingkan negara tetangga seperti Thailand (15,4%), Malaysia (22,1%), dan Filipina (8,7%). Secara total, sekitar 48 juta penduduk dewasa di Asia Tenggara mengalami obesitas pada tahun yang sama.
Definisi Overweight dan Obesitas
Berdasarkan laporan UNICEF 2024, *overweight* atau kelebihan berat badan merujuk pada indeks massa tubuh (BMI) 25–29,9. Sementara itu, obesitas ditandai dengan BMI di atas 30. Untuk memeriksa BMI, masyarakat bisa menggunakan kalkulator yang tersedia di berbagai platform, termasuk *Kompas.com Lifestyle*.
Apa Penyebab Obesitas di Indonesia?
Kebiasaan Konsumsi Gula dan Kurang Aktivitas Fisik
Dua faktor utama penyebab obesitas di Indonesia adalah tingginya konsumsi minuman manis dan gaya hidup kurang gerak. Data menunjukkan, pada 2019, rata-rata orang Indonesia mengonsumsi 20,23 liter minuman manis kemasan per tahun—tertinggi ketiga di Asia Tenggara.
Selain itu, survei BPS 2021 mengungkapkan hanya 27,14% penduduk berusia lima tahun ke atas yang aktif berolahraga. Rata-rata langkah harian orang Indonesia juga terendah di kawasan, yakni 3.513 langkah—jauh di bawah Singapura (5.674), Thailand (4.764), Filipina (4.008), dan Malaysia (3.963).
Obesitas Diprediksi Terus Meningkat
4 Miliar Orang di Dunia Diproyeksikan Obesitas pada 2035
World Obesity Federation memproyeksikan obesitas akan menjadi krisis global pada 2035, dengan lebih dari 4 miliar orang (51% populasi dunia) mengalami kelebihan berat badan atau obesitas. Sekitar 2 miliar di antaranya diprediksi masuk kategori obesitas.
Anak-anak juga menjadi kelompok yang paling rentan, dengan kasus obesitas diperkirakan melonjak dua kali lipat dibanding 2020. Prof. Louise Baur, Presiden World Obesity Federation, menekankan pentingnya intervensi kebijakan untuk mencegah dampak kesehatan dan ekonomi yang lebih besar.
Dampak ekonomi global dari obesitas diperkirakan mencapai $4,32 triliun (Rp703,3 kuadriliun) pada 2035 jika tidak ada langkah pencegahan yang serius.