
Manifesting, atau praktik mewujudkan impian melalui afirmasi dan visualisasi, semakin digemari, terutama oleh generasi muda. Konsep ini berakar pada keyakinan bahwa pikiran positif mampu menarik pengalaman positif ke dalam kehidupan, sering disebut sebagai hukum tarik-menarik (law of attraction).
Namun, para ahli dan praktisi memperingatkan bahwa ada beberapa kesalahan umum yang justru membuat manifesting tidak efektif dan berpotensi merugikan kesehatan mental. Berikut lima kesalahan tersebut beserta solusinya:
5 Kesalahan Umum dalam Manifesting dan Cara Mengatasinya
1. Hanya Berfokus pada Hasil, Abai terhadap Proses

Psikolog Meity Arianty, M.Psi., menjelaskan bahwa terlalu terobsesi dengan hasil akhir tanpa memperhatikan langkah-langkah mencapainya dapat memicu stres dan kekecewaan. “Manifesting bukanlah sihir instan. Tanpa usaha nyata, harapan hanya akan menjadi angan-angan,” ujarnya.
Solusinya? Fokus pada tindakan konkret. Misalnya, jika ingin mendapatkan beasiswa, selain melakukan afirmasi, persiapkan diri dengan memperkuat portofolio, belajar bahasa asing, dan mengikuti pelatihan relevan.
2. Mengabaikan Kenyataan

Callista Aldenia, seorang praktisi manifesting, menegaskan bahwa manifesting bukan berarti melarikan diri dari realitas. “Ini tentang menciptakan harapan sambil tetap menyadari kondisi saat ini,” jelasnya.
Untuk menghindari kesalahan ini, tanyakan pada diri sendiri:
– Apakah tujuan ini realistis dengan situasi saat ini?
– Langkah kecil apa yang bisa dilakukan hari ini untuk mendekati impian?
3. Afirmasi yang Tidak Spesifik

Afirmasi seperti “Aku akan sukses” terlalu umum dan kurang berdampak. Psikolog Meity menyarankan untuk menggunakan kalimat yang lebih rinci, misalnya: “Aku percaya diri menghadapi wawancara kerja minggu depan dan siap menunjukkan kemampuan terbaikku.”
4. Menyembunyikan Emosi Negatif
Banyak orang berusaha menekan perasaan negatif demi menjaga energi positif. Padahal, menurut Meity, mengabaikan emosi seperti ketakutan atau kekecewaan justru berbahaya karena dapat memicu tekanan batin.
Lebih baik, akui dan kelola emosi tersebut dengan cara sehat, seperti menulis jurnal atau berbagi dengan orang terpercaya.
5. Membandingkan Diri dengan Orang Lain

Callista mengingatkan bahwa setiap orang memiliki jalannya masing-masing. “Jika sibuk membandingkan diri, kita bisa lupa menghargai kemajuan sendiri,” katanya.
Alih-alih melihat pencapaian orang lain, fokuslah pada perkembangan pribadi dan berterima kasih atas setiap langkah yang telah diambil.
Manifesting bisa menjadi alat yang efektif untuk membangun motivasi dan refleksi diri, asalkan dilakukan dengan kesadaran penuh. Kuncinya adalah menggabungkan afirmasi, tindakan nyata, dan penerimaan diri agar manfaatnya benar-benar terasa.