
Di tengah pesatnya perkembangan teknologi yang memungkinkan kita terhubung kapan pun dan di mana pun, muncul paradoks yang mengejutkan: rasa kesepian justru semakin meluas. Meski alat komunikasi semakin canggih, interaksi manusia sering kali menjadi lebih dangkal, penuh gangguan, dan kehilangan kedalaman emosional.
Mengapa Kesepian Semakin Meningkat di Era Modern?
Menurut sosiolog Nia Elvina, lonjakan kesepian di zaman digital bukanlah fenomena yang muncul tiba-tiba, melainkan akibat dari cara masyarakat memanfaatkan teknologi dalam keseharian. Meski manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial, perkembangan teknologi justru memperkuat kecenderungan individualistik.
“Manusia tetap membutuhkan interaksi langsung karena pengalaman bertatap muka tidak bisa disamakan dengan komunikasi digital,” jelas Nia dalam wawancara dengan Kompas.com (27/9/2025).
Ia menegaskan bahwa teknologi—seperti video call, pesan singkat, atau media sosial—tidak bisa menggantikan sepenuhnya kehangatan, empati, dan kedalaman emosi yang hadir dalam pertemuan langsung.
Perkembangan Teknologi Tak Sejalan dengan Nilai Sosial
Nia menyoroti ketimpangan antara kemajuan teknologi dan kesiapan masyarakat dalam menyikapinya. Teknologi komunikasi seharusnya berfungsi sebagai alat untuk mempererat hubungan, baik dalam keluarga, pertemanan, maupun pekerjaan. Namun, kenyataannya, banyak orang justru terjebak dalam pola penggunaan yang kontraproduktif.
“Ketika teknologi berkembang pesat, nilai-nilai sosial yang seharusnya mengiringi justru tertinggal,” ujarnya.
Teknologi Menjadi Tujuan, Bukan Sekadar Alat
Yang lebih memprihatinkan, teknologi kini sering dipandang sebagai tujuan utama, bukan lagi sebagai sarana. Banyak orang menghabiskan waktu berjam-jam di depan layar—entah untuk media sosial atau gim daring—sementara hubungan nyata dengan orang terdekat semakin terabaikan.
“Orang lebih memilih memegang ponsel daripada mengobrol dengan teman di sebelahnya,” kata Nia.
Kebiasaan ini perlahan membentuk jarak emosional, memicu rasa kesepian meskipun seseorang sebenarnya tidak sendirian.
Pentingnya Kembali pada Interaksi Nyata
Untuk mengatasi hal ini, Nia menyarankan agar masyarakat menyadari bahwa teknologi harus tetap menjadi alat, bukan pengganti interaksi langsung. Menghidupkan kembali percakapan tatap muka, menyempatkan waktu bertemu sahabat, atau sekadar menyapa tetangga bisa menjadi langkah kecil untuk mengurangi kesepian di era digital.
Baca juga:
– [5 Zodiak yang Sering Merasa Kesepian Seiring Dewasa, Kesunyian Lebih Dibutuhkan](https://www.dapetblog.com/category/tech-news/)
– [Remaja Perempuan Paling Merasakan Kesepian](https://www.dapetblog.com/category/tech-news/)
– [Bukan Hanya Mental, Kesepian Juga Berdampak pada Kesehatan Fisik](https://www.dapetblog.com/category/tech-news/)
– [Negara yang Melarang Para Siswa Bawa Gawai ke Sekolah](https://www.dapetblog.com/category/tech-news/)
– [Memakai Topeng dalam Pergaulan Sosial, Wajarkah?](https://www.dapetblog.com/category/tech-news/)