
Kehadiran seorang ayah sambung dalam keluarga seringkali menciptakan dinamika baru yang unik. Bagi anak-anak, menerima sosok baru sebagai bagian dari keluarga bukanlah hal yang mudah. Lantas, bagaimana sebaiknya proses adaptasi ini dijalani agar hubungan tetap harmonis?
Proses Adaptasi yang Tidak Instan
Menurut Sukmadiarti Perangin-angin, M.Psi., psikolog keluarga, penerimaan anak terhadap ayah sambung tidak terjadi dalam sekejap. Faktor seperti usia anak, latar belakang pengalaman, dan cara orangtua memperkenalkan figur baru turut memengaruhi proses ini.
“Anak memerlukan waktu untuk merasa nyaman dan mengenal sosok ayah sambung. Tidak bisa langsung dianggap sebagai figur otoritas,” jelas Sukmadiarti. Ia menambahkan bahwa anak kecil cenderung lebih mudah beradaptasi, sementara remaja atau anak yang lebih dewasa biasanya lebih kritis dalam menilai kehadiran figur baru.
Pendekatan Berbeda Sesuai Usia Anak
Sukmadiarti menekankan pentingnya menyesuaikan pendekatan berdasarkan tahap perkembangan anak:
- Anak usia dini lebih membutuhkan kasih sayang dan rasa aman. Ayah sambung sebaiknya hadir sebagai teman bermain dan pendukung, bukan sebagai sosok yang terlalu menekankan aturan.
- Remaja cenderung memiliki pemikiran yang lebih kompleks. Mereka perlu merasa dihargai dan didengar. Komunikasi terbuka jauh lebih efektif daripada pemaksaan otoritas.
“Konsistensi dalam menunjukkan kepedulian dan kehadiran sebagai sosok sahabat sangat penting,” ujarnya.
Peran Ibu sebagai Penghubung
Ibu memegang peran kunci dalam membantu anak menerima ayah sambung. Ia perlu menjelaskan secara perlahan tentang kehadiran figur baru sambil memastikan anak tetap merasa dicintai. Selain itu, ibu juga bertugas menciptakan interaksi yang alami agar anak tidak merasa tertekan dan ayah sambung dapat menemukan perannya dengan baik.
Komunikasi dan Empati: Kunci Utama
Dalam keluarga sambung, komunikasi yang jujur dan empati menjadi fondasi utama. Anak harus diberi ruang untuk mengungkapkan perasaannya, sementara ayah sambung perlu mendengarkan tanpa menghakimi.
“Empati membuat anak merasa diterima, bukan sekadar diatur atau dikoreksi,” tegas Sukmadiarti.
Membangun Hubungan yang Sehat
Meski penuh tantangan, hubungan antara anak dan ayah sambung bisa tumbuh harmonis jika dibangun dengan saling menghargai. Proses adaptasi yang baik tidak hanya memengaruhi kedekatan mereka, tetapi juga mendukung perkembangan emosional anak, termasuk membangun kepercayaan diri dan rasa aman.
Dengan demikian, penerimaan anak terhadap ayah sambung bukan sekadar soal waktu, melainkan juga kualitas interaksi yang dibangun bersama.